Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, anda boleh rujuk video ini untuk semakan.
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!
RAMADHAN BULAN AL-QURAN
Tidak terasa sebentar lagi In Sya Allah semoga Allah mudahkan kita untuk bisa menyongsong Syahrul Quran bulan al-Quran di bulan Ramadhan dengan banyak bertilawah al-Quran, mentadaburinya. Karena bulan tersebutlah bulan yang dikhususkan untuk membaca al-quran.
Oleh karenanya Jibril as, setiap bulan Ramadhan datang, Nabi SAW muraja’ah al-Quran dengan Jibril as pada bulan Ramadhan.
Dan di Ramadhan terakhir, sebelum Rasulullah SAW meninggal, Jibril datang dua kali untuk mengkhatamkan bersama Nabi SAW dua kali sebagai pertanda bahwasanya Nabi SAW akan meninggal dunia.
Dan demikianlah diikuti oleh para ulama kalau sudah datang bulan Ramadhan, maka banyak di antara mereka yang menghentikan majlis ilmu mereka untuk fokus baca al-Quran.
Di antara Imam Malik rh yang selalu menyampaikan majelis hadith di Masjid Nabawi, ketika datang bulan Ramadhan, beliau menutup majlis beliau “Fa Akbar al-Quran” maka beliau pun fokus untuk membaca al-Quran.
Dan demikianlah para ulama yang lain seperti diriwayatkan al-Imam Syafi’i rh. Di bulan Ramadhan, setiap hari beliau mengkhatamkan quran dua kali. Demikian juga ulama-ulama yang lain.
Ini tidak lain menunjukkan bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan khusus untuk kita lebih tadabur dan membaca al-Quran.
Oleh karenanya pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang keagungan al-Quran agar kita lebih semangat untuk membaca al-Quran dan mentadaburi ayat-ayatnya.
TIDAK SEMUA ORANG BERSEMANGAT UNTUK MEMBACA AL-QURAN
Sesungguhnya tidak semua orang bersemangat untuk membaca al-Quran. Bahkan Allah berfirman Surah al-Furqan:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا (30)
“Wa Qaalar Rasulu Ya Robbi Inna Qoumit Takhozuuna Haazal Quraana Mahjura”. Allah mengatakan dalam surat al-Furqan, berkata sang rasul dia mengeluh kepada Allah dengan berkata “Ya Robbi” ya rabbku, kaumku telah menjadikan al-Quran “Mahjur” mahjur itu ditinggalkan, tidak dipedulikan, tidak diamalkan.
Dan ini salah satu keluhan yang dikeluhkan oleh Rasulullah SAW kepada Rabbul Alamin. Akan ada dari kaumnya yang tidak peduli dengan al-Quranul Karim.
Padahal al-Quranul Karim adalah nikmat yang begitu agung yang Allah turunkan kepada hamba-hambaNya
AL-QURAN ADALAH KONSEKUENSI PERTAMA DARI KASIH SAYANG ALLAH KEPADA HAMBA-HAMBANYA.
Oleh karenanya ketika Allah berfirman dalam surat ar-Rahman:
الرَّحْمَٰنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2) خَلَقَ الْإِنسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)
“ar-Rahman, A’llamal Qur’an, Khalaqal Insan, A’llamahul Bayan” Allah berfirman “ar-Rahman” ar-Rahman artinya Yang Maha Penyayang, Yang Maha Rahmat. Kemudian setelah itu Allah sebutkan konsekuensi kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Allah memberikan nikmat-nikmat.
Di antara nikmat pertama sebagai konsekuensi kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya Allah berkata, “ar-Rahman, Allamal Quran”. Allah mengajarkan apa?. al-Quran.
Jadi al-Quran adalah konsekuensi pertama dari kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya.
Demikian juga ketika Allah menyebutkan dalam Surat an-Nahl yang disebut oleh para ulama dengan surat an-Ni’am, surat nikmat-nikmat. Kenapa disebut dengan surat nikmat-nikmat iaitu surat ke-16.
Karena di awal ayat Allah menyebutkan nikmat-nikmat Allah SWT. Allah sebutkan nikmat-nikmat Allah.
أَتَىٰ أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ (1) يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ (2) خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ تَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ (3) خَلَقَ الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ (4)
“Ataa Amrullah, Fa La Tasta’jiluu, SWT ‘Amma Yusyrikun, Yunazzilul Malaaikatu Bir Ruuhi Min Amri Ala Man Yasyaa’u Min Ibaadih, An Anzilu Annahu Laa Ilaaha Illa Ana Fattaquun, Kholaqos Samaawatiwal Ardh, Ta’aala Yusyrikun,..” Allah sebutkan nikmat-nikmat Allah sampai di akhirat.
Kata Allah:
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ (18)
“Wa In Ta’uddu Nikmatallahi Laa Tuhsuuha, Innallaha Ghafuurur Rahiim” kalau seandainya kalian menghitung nikmat-nikmat Allah, maka kalian tidak akan bisa menghitungnya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Nah, rentetan nikmat-nikmat tersebut yang Allah sebutkan di awal Surat an-Nahl. Nikmat yang pertama kata Allah “Yunazilul Malaikata Bir Ruuhi Min Amri Rabbihi Ala Man Yasyaa’u Min Ibaadih” Allah turunkan malaikat untuk membawa ruh yaitu al-Quran kepada hambaNya.
Itu di antara nikmat yang paling besar yang Allah berikan kepada hamba-hambanya adalah nikmat apa al-Quran. Ini harus kita benar-benar renungkan bahwasanya al-Quran adalah nikmat yang Allah turunkan bagi kita.
SEMAKIN DEKAT DENGAN AL-QURAN MAKA DIA AKAN SEMAKIN BAHAGIA
Maka siapa yang semakin dekat dengan al-Quran maka dia akan semakin bahagia, dia akan semakin tenteram. Karena al-Quran adalah kitab kebahagiaan. Kata Allah SWT dalam surah Thooha:
طه (1) مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ (3)
“Thaaha, Maa Anzalna Alaikal Quraana Li Tasyqa” Wahai Muhammad, kami tidak turunkan al-Quran ini agar engkau sengsara tetapi “Li Tas’ad” agar kau bahagia.
Semakin orang dekat dengan al-Quran dia akan semakin bahagia. Allah SWT berfirman dalam Surah al-Isra’:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا (82)
“Wa Nunazzilu Minal Qur’aani Maa Hua Syifaa’uu Wa Rahmatul Lil Mukminin” Kami turunkan al-Quran yang merupakan obat bagi kaum mukminin dan adalah Rahmat Allah bagi kaum mukminin.
Allah berfirman Surah al-Isra’:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9)
“Inna Hazal Qur’aana Yahdi Lillati Hia Aqwaam” Sesungguhnya al-Quran menunjukkan kepada Jalan yang terbaik. Oleh karenanya siapa yang ingin mendapat petunjuk yang terbaik dalam segala hal maka pelajarilah al-Quran.
Dalam kehidupan rumah tangganya, dalam ekonominya, dalam bertetangga, dalam berinteraksi dengan orang tua, dalam berinteraksi dengan lika liku kehidupan. Petunjuk yang terbaik ada dalam al-Quran. Allah yang mengatakan “Inna Hazal Qur’aana Yahdi Lillati Hia Aqwaam” al-Quran beri petunjuk kepada yang terbaik.
Namun masalahnya orang meninggalkan al-Quran. Mereka mencari solusi dari jalan-jalan selain al-Quranul Karim. Sehingga mereka tidak mendapatkan jalan yang terbaik.
AL-QURAN ADALAH SANGAT DAHSYAT, SANGAT AGUNG KERANA AL-QURAN “KALAMULLAH”
Ikhwan dan Akhawat yang dirahmati Allah SWT, maka pada kesempatan kali ini kita akan bahas tentang keagungan al-Quran, tentang “Azhomatul Quran” Dahsyatnya al-Quran.
Tentunya di antara hal yang menunjukkan al-Quran adalah sangat dahsyat, sangat agung adalah kerana al-Quran itu “Kalamullah”, dia adalah firman Allah. Tentu tidak sama antara perkataan orang biasa dengan perkataan penguasa. Misalnya tidak sama perkataan orang yang tidak terpelajar dengan orang yang terpelajar.
Ketika kita membaca suatu tulisan kemudian tulisan tersebut ditulis oleh seorang yang terpelajar yang memiliki ilmu yang tinggi, kita akan tahu. Sentuhannya berbeda, susunannya berbeda, tidak sama dengan orang di jalan yang berbicara ketika membuat rangkaian tulisan. Orang di jalan, kalau disuruh bikin rangkaian seperti orang yang alim, dia tidak bakalan mampu. Padahal sama-sama bisa bahasa Indonesia misalnya.
Kenapa?
Karena yang ini yang menulis adalah orang yang alim, sementara yang ini orang tidak punya ilmu. Sehingga tentu susunan katanya, tujuannya, rentetannya, urutannya, tidak akan sama dengan orang yang alim.
Ketika orang alim berbicara maka dia akan persembahkan dengan kata-kata yang terbaik, dengan susunan, dengan terarah, dengan tujuan yang dia inginkan. Itu kalau kita bicara manusia. Tidak sama anak lulusan SD misalnya dengan Profesor yang kemudian menulis suatu makalah ilmiah. Tidak akan sama antara S1 dengan profesor ketika menulis suatu makalah ilmiah. Tidak akan sama. Ini di antara makhluk.
Bagaimana dengan Rabbul Alamin, dengan Allah Sang Pencipta Alam Semesta. Dari sini kita tahu al-Quran tuh dahsyat, sangat agung. Karena pembicaranya adalah al-Azim. Dialah Allah al-Azim, Sang Maha Agung. Ini sudah menunjukkan bahwasanya al-Quran adalah kata-kata yang sangat agung. Untaian kata-kata yang sangat agung karena diucapkan oleh Dzat yang Maha Agung.
Di antara hal yang menunjukkan akan dahsyatnya atau agungnya al-Quran, nampak keagungannya dengan Ayat Kauniyah dan Ayat Syar’iyyah, dengan alam semesta dan dengan ayat yang “Matlu’ah” yang dibaca.
AYAT KAUNIYYAH
Kita bisa melihat keagungan Allah dengan melihat “Makhlukat” ciptaan Allah SWT. Kita melihat bagaimana langit dengan begitu megahnya. Dalam Surah al-Ghaasyiah:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
“Afalaa Yanzuruuna Ilal Ibili Kaifa Khuliqat, Wa Ilas Samaa’i Kaifa Rufi’at, Wa Ilal Jibaali Kaifa Nusibat”
Allah mengatakan tidakkah mereka melihat unta bagaimana diciptakan. Makhluk yang sangat dahsyat unta ini. Tidak ada yang bisa menciptakannya kecuali Zat yang Maha Hebat.
Dan tidakkah mereka melihat kepada langit bagaimana ditinggikan tanpa tiang. Kemudian begitu luas, tidak ada altarome futur, tidak ada robeknya sedikitpun, tidak ada. Semuanya rata.Padahal isinya sangat berat. Ada langit, matahari, rembulan, bintang-bintang, luar biasa. Namun kita tidak tahu mana ujungnya, mana pangkalnya.
Allah SWT mengatakan dalam Surah az-Zaariyat:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (47) وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ (48) وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (49)
“Was Samaa’a Banainaaha Bi Aidin Wa Inna Lamuusi’uun” langit yang kami ciptakan dengan kekuatan Kami, dan Kami luaskan langit tersebut. Dengan melihat langit kita sudah tahu bagaimana Sang Pencipta begitu hebatnya dan luar biasa.
Kata Allah SWT “Wa Fi Anfusikum, Afalaa Tubsiruun” dan pada diri kalian tidakkah kalian mengamati. Lihat diri kalian, bagaimana organ-organ tubuh yang luar biasa. Artinya Allah meletakkan makhluknya yang luar biasa yang menunjukkan tentang agungnya Allah SWT.
“Wa Fi Kulli Syai’in Lahu Aayah Tadullu Ala Annallaha Waahid” Semua ciptaan Allah SWT ada tanda-tanda yang menunjukkan Allah adalah Maha Maha Esa. Ini di antara cara Allah SWT menunjukkan keagunganNya dengan menunjukkan hebatnya ciptaan Allah SWT.
Manusia saja. Kalau antum tanya para dokter, mereka heran dengan bagaimana ciptaan Allah tentang manusia. Tentang organ pernapasan, peredaran darah, ginjal, bagaimana cara kerjanya, jantung, luar biasa. Semuanya luar biasa. Dokter lebih tahu.
Dengan mata, bagaimana saraf-sarafnya. Bagaimana bisa kalau ada saraf satu yang putus, pandangan sudah tidak jelas. Ada kabel yang putus satu, sudah ada rabun. Salah sedikit. Tapi ini luar biasa. Ini menunjukkan tentang hebatnya Allah SWT.
AYAT SYAR’IYYAH
Di antara cara Allah menunjukkan keagungannya dengan “Ayat Syar’iyyah”. Dengan al-Quran, Allah tunjukkan kehebatan Allah SWT. Dengan apa al-Quran. Maka al-Quran pasti dahsyat, al-Quran pasti agung. Karena al-Quran itu sebagai bukti Muhammad adalah utusan Allah.
Bahkan Allah menentang mereka untuk mendatangkan al-Quran. Allah tentang mereka dengan mendatangkan semisal al-Quran. Kata Allah SWT dalam Surah al-Isra’:
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88)
“Qul Lainijtam’al Insu Wal Jinnu, A’laa An Ya’tuu Bi Mithli Haazal Qur’aan Laa Ya’tuuuna Bi Mithlihi Wa Lau Kaana Ba’dhuhum Li Ba’dhin Zahiira”
Katakanlah jika seluruh jin dan manusia bersatu padu untuk mendatangkan semisal al-Quran mereka tidak bakalan mampu “Wa Lau Kaana Ba’dhuhum Li Ba’dhin Zahiira” Meskipun mereka bahu-membahu untuk bisa mendatangkan semisal al-Quran, seluruh manusia, jin tidak akan mampu. Ini tantangan
Jadi Allah SWT tunjukkan kehebatan-Nya dengan al-Quran, firman-firmannya. Nah. Coba datangkan semisal al-Quran, mereka tidak mampu. Maka Allah tantang dengan mendatangkan 10 surat. Dalam Surah Hud:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (13)
“Am Yaquulu Naftaraah, Qul Fa’tuu Bi’asyri Suwarin Mithlihi Muftarayaatin, Wad’uu Manis Tatho’tum Min Duunillahi In Kuntum Soodiqiin”
Apakah mereka mengatakan Muhammad yang buat al-Quran. Mereka nuduh Muhammad buat-buat al-Quran. Kalau memang Muhammad bikin, kamu juga bisa bikin dong kata Allah. “Fa’tuu Bi’asyri Suwarin Mithlihi” Datangkan 10 surat seperti dalam surat yang dibaca oleh Muhammad, kalau itu memang karangan Muhammad.
“Wad’uu Manis Tatho’tum Min Duunillahi In Kuntum Soodiqiin” Ajak semua orang untuk datang bikin seperti 10 surat mereka tidak mampu.
Ketika mereka tidak mau mendatangkan satu al-Quran, mereka tidak mampu mendatangkan 10 al-Quran, Allah turunkan lagi tantangan. Satu surat saja. Dalam Surah al-Baqarah:
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا وَلَن تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)
“Wa In Kuntum Fi Raibim Mimma Nazzalna A’laa Abdina Fa’tu Bisuuratim Mim Mithlihi Wad’uu Syuhadaa’akum Min Duunillaahi In Kuntum Soodiqiin” Kalau kalian ragu tentang apa yang kami turunkan kepada hamba kami, iaitu al-Quran. Maka datanglah satu surat semisal al-Quran, mereka tidak bakalan mampu.
Maka secara logika, sudah pasti al-Quran adalah dahsyat karena Allah menunjukkan keagunganNya dari ayat-ayat a-Matlu’ah.
Jadi tanda-tanda keagungan Allah ada dua. Ada ayat-ayat al-Kauniyyah, yang kita lihat alam semesta, makhluk, dan ada ayat-ayat as-Syar’iyyah, yang juga menunjukkan keagungan Allah.
Sebagaimana kita merasa dahsyat melihat langit, rembulan, matahari, makhluk yang Allah ciptakan, bagaimana keteraturannya. Maka kita juga akan kagum ketika membaca firman-firman Allah SWT yang Allah menjadikan firman-firmanNya tadi sebagai tanda keagunganNya.
Toyib
SEMUA YANG TERKAIT DENGAN AL-QURAN PUN MENJADI IKUT AGUNG
Begitu agungnya al-Quran sampai Allah SWT menjadikan semua yang terkait dengan al-Quran pun menjadi ikut agung.
Seperti Allah turunkan al-Quran di bulan Ramadhan, jadilah Ramadhan Sayyidus Syuhur yaitu bulan yang terbaik dari seluruh bulan yang ada.
Ketika Al qur’an pertama kali diturunkan Lailatul Qadar “Inna Anzalnahu Fi Lailatil Qadr” Jadilah malam tersebut adalah malam terbaik sepanjang tahun. Malam Lailatul Qadar.
Ketika al-Quran Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, jadilah Nabi Muhammad adalah Sayyidul Mursalin, Nabi yang terbaik dari antara seluruh para Nabi.
Bahkan al-Quran diturunkan di Kota Mekah, maka Mekah adalah Kota yang terbaik. “Innaki Lakhairu Ardhillah, Wa Ahabbu Ardhillah Ilallah” Kata Nabi SAW kepada Kota Mekah, wahai Mekah sesungguhnya engkau adalah negeri yang terbaik dan negeri yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Ketika al-Quran diturunkan oleh Malaikat Jibril, maka jadilah dia Sayyidul Malaikat, malaikat yang terbaik.
Jadi semua yang terkait dengan al-Quran menjadi agung.
Demikian juga orang yang mengajarkan al-Quran adalah orang terbaik. “Khairukum Man Ta’allamal Qur’aana Wa Allamahu” Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.
Ketika di perang Uhud, para sahabat banyak meninggal dunia maka Rasulullah SAW terpaksa menguburkan dua atau tiga sahabat dalam satu liang lahad. Maka Rasulullah SAW bertanya “Ayyuhuma Aktharu Akhzan Lil Quran” Siapa di antara dua orang ini yang paling banyak hafal al-Quran?. Maka dikatakan si fulan. Maka “Qoddamahu Fil Lahad” Maka dia yang didahulukan masuk dalam liang lahad baru orang yang berikutnya.
Siapa yang jadi imam?. Kata Nabi SAW, “Ya’ummukum Aqra’ukum Li Kitabillah” Yang jadi imam di antara kalian adalah yang paling mahir tentang al-Quran.
Jadi semua yang terkait al-Quran adalah dimuliakan Allah SWT.
“Innaallaha Yarfa’u Bihaazal Kitab Aqwaaman, Wa Yadha’u Aakhariin” Kata Nabi SAW Sesungguhnya Allah angkat sebagian orang dengan sebab al-Quran ini, dan Allah merendahkan sebagian orang gara-gara meninggalkan al-Quran.
Jadi al-Quran agung dan semua yang terkait dengan al-Quran ikut menjadi agung pula.
MUKJIZAT NABI YANG TERAKHIR
Dan diantara keagungan al-Quran, Allah menjadikan al-Quran sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW. Mukjizat Nabi yang terakhir. Kata Nabi SAW “Maa Min Nabiyyin Illa Uu’thiya Minal Aayati Maa Mithluhuu Aamana Alaihil Basyar” Tiada seorang Nabi pun kecuali Allah berikan kepadanya bekal, mukjizat, atau tanda-tanda keagungan Allah yang mana cukup mukjizat tersebut menjadikan orang-orang beriman.
“Wa Innamallazi Kaana Uutiituhu Wahyan Awhahullahu Ilaiya” Dan apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu, yaitu al-Quran yang Allah wahyukan kepadaku.
“Fa Arju An Akuuna Aktharahum Taabi’an Yaumal Qiyamah” Dan aku berharap aku adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya “Yaumal Qiyamah” pada Hari Kiamat. Aku berharap aku adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat kelak.
Perhatikan di sini.
Mukjizat-mukjizat yang Allah berikan kepada para Nabi terkait dengan perkara-perkara yang sedang viral pada zaman tersebut. Artinya kaum Nabi-Nabi tersebut telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Maka Allah berikan mukjizat yang mengalahkan itu semua.
Ketika di Zaman Nabi Isa AS, lagi viral tentang pengobatan. Banyak orang hebat dalam mengobati penyakit-penyakit, maka Allah berikan kepada Nabi Isa bukan pengobatan, tapi menyembuhkan langsung, yang tidak mungkin mereka para ahli, para tabib di zaman tersebut bisa menyembuhkan yaitu penyakit buta. Nggak ada yang bisa menyembuhkan penyakit buta. Nabi Isa bisa menyembuhkan orang-orang buta.
Mereka juga tidak bisa menyembuhkan ketika itu penyakit sopak. Nabi Isa bisa menyembuhkan penyakit. Bahkan orang yang meninggal bisa hidup kembali dengan doanya Nabi Isa AS. Jadi ini mukjizat karena ketika itu lagi viral pengobatan. Allah berikan kepada Nabi AS bukan pengobatan tapi memang langsung sembuh karena tidak dikasih pil tiga kali sehari. Cuma sentuh, langsung sembuh. Inilah mukjizat yang mengalahkan pengobatan yang ada ketika itu.
Di Zaman Nabi Musa AS sebelumnya, yang lagi viral adalah masalah sihir. Orang-orang berbangga-bangga dengan sihir. Sampai ada ribuan ahli sihir di zaman Nabi Musa AS.
Maka Allah berikan mukjizat bukan sihir. Semisal sihir tapi bukan sihir karena tidak pakai setan, tidak pakai sihir. Maka Nabi Musa melemparkan tongkatnya, langsung menjadi ular yang sungguh nyata, bukan ular-ularan, bukan halusinasi, bukan tipuan mata. Tapi benar ular dari zat kayu. Tongkat berubah menjadi zat hewan ular beneran. Kemudian memakan ular-ular buatan tersebut sehingga akhirnya para penyihir tersebut pun beriman kepada Allah SWT.
Karena mereka yang lebih tahu ini bukan sihir. Yang tahu penyihir adalah penyihir juga dan mereka tahu ini bukan penyihir karena penyihir bukan begini. Makanya mereka beriman kepada Nabi Musa, beriman kepada Allah SWT. “Aamanna Bi Rabbil Alamin Rabbi Musa Wa Harun” Kami beriman kepada Allah, Rabbnya Musa dan Rabbnya Harun.
Demikian juga misalnya di Zaman Nabi Yusuf AS. Ketika itu sedang sedang viral tentang menafsirkan mimpi. Banyak orang jago menafsirkan mimpi. Tapi mereka tafsirkan kadang tidak 100% benar. Kadang benar, kadang salah. Tetapi Allah memberikan kepada Nabi Yusuf AS ilmu menafsirkan mimpi yang benar 100%. Tidak ada salahnya sama sekali. Setiap yang dia tafsirkan 100% benar. Ini adalah mukjizat Nabi Yusuf AS. Sehingga ketika sang raja bermimpi al-Malik bermimpi, semua anak buahnya nggak ada yang bisa menafsirkan. Yang bisa nafsirkan cuma Nabi Yusuf AS.
Nah. Maka di Zaman Nabi Muhammad SAW yang lagi viral adalah syair, balaghah, fasahah. Mereka berlomba-lomba menulis syair. Jadi syair di Zaman Nabi Muhammad SAW seperti media sosial untuk memuji, untuk menghujah, untuk saling menyerang. Jadi siapa yang jago syair, dia yang hebat.
Maka Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang bukan syair. Kalau kita lihat susunan al-Quran bukan syair. Kata Allah SWT “Wa Ma ‘Allamnaahus Syi’ra Wa Ma Yambaghiilah” Kami tidak pernah mengajarkan Muhammad syair-syair dan tidak pantas bagi dia untuk bersyair. al-Quran yang lebih menakjubkan dari syair. Susunannya menakjubkan, aneh.
Kata Ibnu Atiyyah yang dinukil oleh Imam Suyuthi, susunan al-Quran aneh. Dia bukan syair, ini bukan nasr, bukan prosa tulisan seperti novel bukan, dan juga bukan syair. Tapi dibaca menakjubkan. Dibaca menakjubkan. Aturan baru yang tidak dikenal oleh orang-orang ketika itu. Sehingga al-Quran datang dengan susunan yang sangat menakjubkan. Yang susunan tersebut dijadikan dalil oleh Allah bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.
Kalau gitu datangkanlah al-Quran semisal ini. Kalian kan jago Bahasa Arab. Kalian kan fasih, kalian jago balagoh, datangkan semisal al-Quran. Dan ternyata tidak ada yang bisa mendatangkan semisal al-Quran.
Mukjizat al-Quran ini berbeda. Subhanallah. Berbeda dengan mukjizat nabi-nabi sebelumnya.
Mukjizat Nabi-Nabi sebelumnya hanya bisa dilihat oleh orang yang hadir ketika itu. Yang bisa lihat Nabi Isa AS menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, siapa?. Kita bisa lihat? Nggak bisa. Belum ada YouTube ketika itu, belum ada yang syuting ketika itu.
Nabi Musa AS tongkatnya jadi ular siapa yang lihat?. Kita nggak bisa lihat, yang lihat ketika Nabi pukul Nabi Musa AS pukul tongkatnya, kemudian laut terbelah. Yang bisa lihat, cuma yang hadir ketika itu. Untanya Nabi Soleh. Yang lihat hanya orang ketika itu.
Tapi mukjizat al-Quran bisa dilihat sampai hari kiamat. Jadi Allah SWT dengan hikmahnya memilihkan mukjizat bagi Nabi yang terakhir dengan mukjizat yang “Khalidah” yang abadi, yang bisa dilihat oleh siapa saja, dari masa ke masa. Ini diantara keistimewaan mukjizat al-Quran.
Dari situlah Nabi “Wa Innamallazi Kaana Uutiituhu Wahyan Awhahullahu Ilaiya, Fa Arju An Akuuna Aktharahum Taabi’an Yaumal Qiyamah” Mukjizat yang Allah berikan kepadaku adalah wahyu yaitu al-Quran dan aku berharap aku adalah pengikut yang paling banyak pada Hari Kiamat kelak. Karena setiap pengikut Nabi Muhammad SAW sampai akhir Hari Kiamat bisa melihat bagaimana agungnya al-Quran, bagaimana dahsyatnya al-Quran.
Toyib
AL-QURAN SENDIRI ADALAH MUKJIZAT
Itulah mukadimah tentang dahsyatnya atau agungnya al-Quran. Dan di antara hal-hal yang menunjukkan tentang agungnya al-Quran selain apa yang kita sebutkan tadi adalah “I’jaazul Quran” yaitu Mukjizat-Mukjizat yang terkandung dalam al-Quran.
al-Quran sendiri adalah mukjizat. Kandungan mukjizatnya apa saja, banyak sekali.
Banyak buku tentang “I’jaazul Quran” ditulis oleh para-para ulama. Di antaranya ditulis oleh as-Suyuthi dalam kitabnya “Mu’taraqul Aqran Fi Ij’aazil Quran” tiga jilid.
Kemudian di jilid pertama beliau sebutkan tentang 35 sisi mukjizat al-Qur’an. Saya akan sebutkan sebagian saja, dengan ada sebagian tambahan yang tidak beliau sebutkan. Yang menunjukkan tentang bagaimana dahsyatnya al-Quran.
Bahwasanya dalam al-Quran itu mengandung perkara-perkara yang menunjukkan al-Quran sangat dahsyat.
Di antaranya ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah SWT.
al-Quran memiliki pengaruh yang luar biasa bagi orang yang mentadabburinya dan menghayatinya. Dia akan merasakan pengaruh yang luar biasa. Bahkan Allah mengatakan “Lau Anzalna Haazal Qur’aana Ala Jabalin Laraitahu Khaasyian Mutasaddi’an Min Khashyatillah”
Seandainya Kami turunkan Quran kepada gunung yang keras, kata al-Qurthubi. Kalau Kami berikan akal pada gunung tersebut untuk bisa menghayati al-Quran, “La Raaitahu Khaasyian” kau lihatkan gunung yang dari batu yang keras tersebut akan khusyuk di hadapan Allah, merendah “Mutasaddi’an”, akan terpecah-pecah “Min Khasyatillah”, karena takut kepada Allah.
Artinya seandainya ada orang benar-benar menghayati al-Quran maka dia akan tunduk kepada Allah. Karena pengaruh quran yang luar biasa. Seandainya gunung Allah kasih akal untuk dia bisa menghayati al-Quran, dia akan hancur di hadapan Allah SWT. Menunjukkan “Ta’thir” pengaruh al-Quran yang luar biasa.
Makanya para jin ketika al-Quran mereka mengatakan “Inna Sami’na Qur’aanan A’jabaa” Sesungguhnya kami mendengar bacaan yang menakjubkan. Bacaan yang menakjubkan. Bagaimana pengaruh al-Quran luar biasa.
ORANG-ORANG KAFIR MASUK ISLAM KERANA AL-QURAN
Makanya disebut dalam sirah, bagaimana banyak orang kafir yang masuk Islam gara-gara mendengar al-Quran.
Contoh seperti dalam hadits Jubayr ibn Muṭʽim RA. Ketika masih musyrik dia pernah datang ke Kota Madinah. Kemudian kebetulan Nabi SAW lagi baca surat at-Thur. Kemudian dia mendengar. Ketika Nabi membaca ayat “Am Khuliquu Min Ghairi Syai’in Am Humul Khaaliquun, Am Khalaqus Samaawaatiwal Ardh, Bal Laa Yuuqinuun” Apakah mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan?. Ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?. Apakah mereka menciptakan langit dan bumi?.
Ini logika Allah. Jadi ini di antara “Burhan Aqli” .Allah bikin logika tentang bahwasanya Tuhan itu ada. Gampang aja. Apakah mereka ini ada tanpa ada yang menciptakan?. Ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?. Ataukah mereka yang lemah ini bisa menciptakan langit dan yang begitu luasnya?. Nggak masuk akal semuanya. Artinya pasti ada yang menciptakan.
Kata Jubayr ibn Muṭʽim RA, “Kaada Qalbi Yathiir” Hampir-hampir jantungku copot(tercabut) dari tempatnya. Itu sebab kemudiannya dia beriman kepada Allah SWT. Mendengar satu ayat, kemudian beriman.
Seperti kisah Thufail bin Amr ad-Dausi RA. Ketika dia datang ke Mekah, orang-orang semua ingatkan. Orang-orang Quraisy datang dan ingatkan dia. Wahai Thufail dari Kabilah Daus, jangan kau dengar Muhammad. Muhammad tuh begini, orang gila. Kau akan tersihir, dia sudah memecah belahkan kami, telah memisahkan seorang suami dari istrinya, ayah dari anaknya, bikin kami ribut. Jangan kau dengar sedikitpun. Sesungguhnya dia penyihir.
Maka akhirnya Thufail bin Amr ad-Dausi RA penasaran. Ketika Rasulullah SAW sedang solat di Masjid Haram, dia pun dekati. Sampai dia jalan, dia masukin kapas di telinganya supaya nggak bisa terdengar lantunan sihirnya Muhammad. Tapi dia kata, saya orang pandai, saya tahu syair saya tahu sihir, saya tahu mantra-mantra, jampi-jampi. Saya bisa bedakan. Bila dia dengar, dia masuk Islam. Begitu dengar langsung masuk Islam.
Jangankan al-Quran. Kisah Dima’ al-Asdi. Ketika dia dengar ada orang beritahu Muhammad gila, maka dia ingin menyembuhkan Muhammad. Maka dia datang menemui Muhammad. Lalu dia beritahu, wahai Muhammad saya ingin sembuhkan engkau. Saya dengar apa kau gila. Maka Rasulullah SAW mengatakan “Innalhamdalillah, Nahmaduhu Wa Nasta’iinuhu Wa Nastaghfiruh” Dia bilang, cuba ulang. 3 kali, terus masuk Islam. Gara-rara “Innalhamdalillah, Nahmaduhu”
Ini kalau orang sekarang ceramah, “Innalhamdalillah, Nahmaduhu” Wahabi katanya. Ini bikin orang masuk Islam.
Di antaranya yang masuk Islam seperti riwayat dari Umar bin Khattab. Riwayatnya khilaf di kalangan para ulama, sanadnya datang dalam berbagai riwayat. Namun dhaif semua. Namun mengatakan derajatnya naik menjadi Hasan karena datang dalam banyak riwayat.
Kisah Umar masuk Islam. Beliau yang begitu keras kepada kaum muslimin. Ketika dia datang ke rumah saudarinya, kemudian dia mendengar bacaan Surat Thoha. “Thoha, Ma Anzalna” Akhirnya dia pun masuk Islam gara-gara mendengarkan lantunan al-Quran.
Demikian juga an-Najasyi. Ketika an-Najasyi diprovokasi oleh Amr bin A’sh RA, ketika dia masih kafir. Dia mengatakan pengikut Muhammad begini-begini, begini-begini. Kata an-Najasyi, panggil mereka.
Kemudian kata Amr bin A’sh RA, sesungguhnya mereka telah berbicara tentang Tuhan kalian. Tentang Nabi Isa AS dengan perkataan yang mengerikan. Coba tanya mereka tentang keyakinan mereka tentang Nabi Isa AS. Jadi provokasi yang tepat. Orang paling mudah terprovokasi kalau akidahnya dikorek-korek. Jadi kata Amr bin A’sh, “Ayyuhal Malik” Wahai Sang Raja, sesungguhnya kaum kaum berkata tentang Isa AS perkataan yang buruk.
Akhirnya dipanggillah Ja’far ibn Abi Talib. Kemudian Ja’far ibn Abi Talib disuruh baca apa yang didatangkan kepada Nabi Muhammad SAW. Maka dia pun baca kisah Nabi Isa AS dalam Surah Maryam. “Kaaf Haa Yaa Ain Shood, Zikru Rahmati Rabbika A’bdahu Zakariyya” Dia baca terus sampai tentang kisah Maryam hamil. Kemudian melahirkan Nabi Isa AS, sampai Nabi Isa AS berbicara, maka an-Najasyi pun menangis sampai jenggotnya basah dengan linangan air matanya.
Kemudian dia berkata “Inna Haaza Wallazi Jaa’a Bihi Isa Layakhruju Min Misykatin Waahidah” Sesungguhnya yang kau baca ini Jafar dan apa yang dibawa oleh Nabi oleh Isa AS adalah keluar dari sumber yang sama datang. Kemudian dia masuk Islam gara-gara itu. Namun Raja an-Najasyi menyembunyikan islamnya sehingga orang-orang tidak tahu. Dan ketika dia wafat, Rasulullah SAW pun Solat Ghaib karena tidak ada yang menyolatkannya ketika dia di sana karena dia menyembunyikan islamnya. Dia masuk Islam gara-gara dengar al-Quran.
ORANG-ORANG KAFIR PUN TERPENGARUH DENGAN AL-QURAN
Demikian juga orang-orang kafir pun terpengaruh dengan al-Quran. Datang dalam riwayat, tiga orang pembesar. Orang Kafir Quraisy, kalau tidak salah Abu Sufyan, Abu Jahal dan Al Akhnas kalau tidak salah. Tiga orang mereka, sebelum Subuh mereka datang ke rumah Nabi untuk dengar bacaan al-Quran Nabi SAW. Rasulullah solat malam, mereka dengar.
Akhirnya ketika mereka pulang, ketika sudah terbit, sudah agak terang, mereka saling ketahuan. Lah kamu dari mana?. Ternyata sama-sama dengar bacaan Rasulullah SAW. Kata mereka besok kita jangan dengar lagi. Nggak boleh. Akhirnya besok ternyata setiap orang menyangka yang lain tidak datang, ternyata sama mendengar sampai tiga hari.
Ketika ditanya kepada Abu Jahal kenapa engkau tidak beriman kepada Muhammad?. Ternyata dia hasad. Dia mengatakan kami dari Bani Makhzum dan Muhammad dari Bani Hasyim. Kami selalu bersaing. Kami beri makan, mereka beri makan. Kami mulia mereka juga mulia. Sampai kami sudah bersaing antara kami dengan mereka.
Tiba-tiba di antara mereka ada yang mengaku sebagai Nabi. Kami nggak mungkin ngaku juga sebagai Nabi. Kalau kami mau sama-sama bersaing, kami juga mengaku sebagai Nabi. Tapi nggak mungkin. Kalau begitu caranya supaya persaingan tetap seimbang, kita tidak beriman sama Nabi tersebut. Karena kalau kami beriman kepada Nabi tersebut, maka kami jatuh. Kan hasad.
Dua kabilah yang saling bersaing, selalu sama-sama. Mereka mulia kami mulia. Mereka memberi makan, kami beri makan. Mereka melayani jemaah Haji, kami melayani jemaah Haji. Tiba-tiba mereka ngaku sebagai Nabi, repot. Gimana caranya. Masa kami ngaku juga. Enggak, udah. Ini kami nggak mau beriman sama ini. Abu Jahal tidak beriman gara-gara sombong.
Di antaranya dalam riwayat yang shahih ketika Nabi SAW baca Surah an-Najm. Sampai kemudian Rasulullah SAW ketika membaca akhir Surah an-Najm “Fasjuduu Lillaahi Wa’buduu”, Rasulullah SAW sujud, ternyata orang musyrik juga ikut sujud. Mereka terbawa-bawa. Mereka dengar Rasulullah SAW baca Surah an-Najm dari awal. Ketika sampai di akhir Surah an-Najm, “Fasjuduu” sujudlah, maka mereka juga ikut sujud. Artinya mereka terpengaruh dengan ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi meskipun akhirnya mereka mengingkari.
Bahkan para jin juga terpengaruh dengan al-Quran. “Wa Iz Sharafna Ilaika Nafaram Minal Jinni Yastami’uunal Qur’aan, Falamma Hadharuuhu Qaaluu Anshithuu, Falamma Qudhiya Wallau Ilaa Qaumihim Munziriin”. “Qaaluu Yaa Qaumana Inna Sami’na Kitaaban Unzila Mim Ba’di Muusa Mushoddiqal Limaa Baina Yadaihi Yahdi Ilal Haqqi Wa Ila Thariiqim Mustaqiim”
Ketika sekelompok jin mendengarkan ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi SAW dalam solat malam Nabi SAW. Mereka bilang diam-diam, dengar-dengar, mereka dengerin. Tatkala Nabi SAW selesai baca, mereka segera pulang dan sampaikan kepada kaum mereka. Mereka beriman langsung jadi da’i. Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengar ayat-ayat yang turun setelah Nabi Musa yang menakjubkan, yang menunjukkan kepada jalan yang yang lurus. “Ya Qaumana, A’jiibu Daiyallahu Wa Aaminuu Bih” Wahai kaumku, penuhilah seruan Nabi Muhammad SAW dan berimanlah kepadanya.
“Qul Uuhiya Ilaiyya Annahustama’a Nafaru Minal Jinni Fa Qaaluu Inna Sami’na Qur’aanan Ajaba” Kata Allah SWT, Nabi SAW berkata, telah diwahyukan kepadaku sesungguhnya sekelompok jin mendengarkan ayat-ayat Allah SWT, mereka berkata Inna Sami’na Qur’aanan Ajaba” Sesungguhnya kami telah mendengar quran yang menakjubkan.
Di antara kisah yang menunjukkan bahwasanya bagaimana pengaruh al-Quran luar biasa.
Kisah Abu Bakar as-Siddiq dalam Shahih Bukhari. Ketika Abu Bakar as-Siddiq ingin berhijrah, dia pergi, sudah tidak bisa beribadah dengan terang-terangan, dia pengen meninggalkan Kota Mekah. Kemudian dia ketemu dengan seseorang, kalau tidak salah seorang pemimpin kabilah al-Qarrah, Ibnu Dughunnah. Dia mengatakan seperti engkau tidak pantas untuk diusir dari kampungmu. Sudah, pulang ke Mekah. Saya jaminan bagimu. ya
Dia adalah seorang musyrik; dia bilang, “Abu Bakar saya jadi jaminan.” Syaratnya apa? Dia hanya boleh beribadah di rumahnya, tidak boleh dakwah kemana-mana. Akhirnya, Abu Bakar as-Siddiq pun nurut. Maka, dia pun tidak keluar rumah, dia solat di rumah, tapi dia solat di pelataran. Dia salat dengan suara keras. Akhirnya, ibu-ibu orang-orang kafir pada datang, anak-anak pada datang, mendengar siapa Abu Bakar baca Al-Quran. Sampai akhirnya, orang-orang Quraisy pun bilang-bilang, “Abu Bakar, jangan baca di luar, suruh masuk istri-istri kami pada ikut dengar.” Ini pengaruh luar biasa, tapi ajar dulu, to. Antum masih kuat nggak? Masih, Insya Allah. Ya, saya nggak kuat, to. Kita lanjutkan di antara sisi ijaz mukjizat dalam Al-Quran sendiri. Diantaranya, Allah SWT menjamin untuk menjaga Al-Quran. Kami yang menurunkan Al-Quran, dan kami akan menjaga Al-Quran. Oleh karenanya, Allah menyiapkan orang-orang yang mahir dalam menghafal Al-Quran, ya, sehingga Al-Quran terjaga. Tidak mungkin dia diotak-atik. Ya, layaktihil baqtillu mimbaini yadaihi walamin khalfihi. Sesungguhnya, Al-Quranlah kitab yang mulia, tidak ada kebatilan yang datang dari depan maupun dari belakangnya. Nggak mungkin diotak-atik, ditambah, atau dikurangi. Tidak mungkin mengalami distorsi. Padahal, kita tahu, dalam banyak zaman, dalam banyak masa, orang-orang non-Muslim, orang kafir, yang menguasai kaum Muslimin. Namun, meskipun mereka dalam kondisi tertindas, tetap saja Al-Quran terjaga. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya yang tidak terjamin keterjagaannya. Kenapa? Karena Allah menyerahkan penjagaan kitab suci sebelumnya kepada para ulama. Mereka di mana mereka diperintahkan untuk menjaga kitabullah. Namun, mereka tidak bisa menjaga. Ini di antara dalil bahwa mukjizat Al-Quran terjaga dari 14 abad. Tidak ada perubahan satu huruf pun, tidak ada bertambah, tidak ada berkurang. Berbeda dengan kitab-kitab suci yang lain, maka setiap dekade, atau setiap 10 tahun, setiap penerjemahan, ada perubahan, perbedaan dengan tulis yang berbeda-beda, ada pengurangan, ada perbedaan, dan tidak ada sanad yang jelas yang sampai kepada kitab-kitab suci tersebut. Tidak ada sanad yang shahih yang mereka bisa buktikan kesalehannya, yang menukil, misalnya Taurat, dan tidak ada sanad yang shahih yang sampai kepada injilnya Nabi Isa alaihissalam. Tidak ada, bahkan tidak ada nusqah injil yang dari bahasa apa namanya, bahasanya Nabi Isa alaihissalam. Tidak ada, sama sekali. Bahasa Syrianiyah tidak ada, sama sekali. Oleh karena tidak bisa dibuktikan, adapun Al-Quran terjaga ini di antara mukjizat Al-Quran. Kemudian, di antara mukjizat Al-Quran adalah mudah untuk menghafalkannya. Kata Allah SWT, walaqada yasarnal quran ali zikr. Sungguh, kami memudahkan Al-Quran untuk dihafalkan. Oleh karenanya, Al-Quran dihafal bahkan oleh anak-anak kecil. Diantara yang menakjubkan, orang hafal Al-Quran dia masih kecil, masih di bawah, belum baligh, dan dia tidak tahu bahasa Arab sama sekali. Kalau kita ajak ngomong bahasa Arab, dia tidak ngerti sama sekali. Tapi dia hafal 30 juz. Bahkan, kita dapati sebagian orang-orang yang terganggu akalnya, hatinya, orang-orang autis, tapi bisa hafal apa Al-Quran. Allah mudahkan untuk bisa hafal Al-Quran. Adapun ahlul kitab, ulama mereka aja nggak hafal.
Jangankan orang gila, ulama mereka saja tidak hafal, tidak mungkin kita ada orang yang tidak beres akalnya bisa hafal Al-Quran, apalagi yang cerdas. Terbukti bahwa Al-Quran, di antara mukjizatnya, dihafalkan, bahkan oleh anak-anak kecil yang tidak tahu bahasa Arab sama sekali. Ini adalah keajaiban Al-Quran. Oleh karena itu, saya sangat mendukung beberapa universitas yang membuka program siapakah yang hafal Al-Quran tanpa Tes tambahan. Kalau mungkin, mereka ingin membuat juga siapa yang hafal Bible, boleh diberikan Tes. Tapi mungkin tidak ada yang mendaftar, bahkan sebagian ulama kita lebih hafal Bible daripada ulama-ulama mereka. Ini menunjukkan bahwa di antara mukjizat Al-Quran adalah mudah untuk dihafalkan. Adapun Taurat dan Injil, tidak ada yang hafal. Makanya Allah mengatakan, “Kul fa’tu bin Taurati fatluha.” Datangkan Taurat dan bacalah, suruh baca, karena mereka tidak hafal. Didatangkan lembaran baru, mereka membuka dan membacanya. Adapun Al-Quran, tidak perlu datang hafal dari dada, tidak perlu pakai mushaf, orang bisa membaca, melantunkan Al-Quran. Kalau mereka para ulama, mereka harus ada lembaran depan, baru mereka bisa membaca. Ini di antara mukjizat Al-Quran. Al-Quran tidak membuat orang bosan membacanya. Kita membaca buku apa saja, kalau sudah dibaca sekali, senang. Dua kali sudah bosan, tiga kali sudah tahu ceritanya. Ambil novel terbaik, baca, pasti bosan. Tetapi tidak demikian dengan Al-Quran. Setiap kali membaca, ada saja yang Allah beri ilmu tafsir baru. Subhanallah, ada Allah buka ilmu sedikit, kita baca buku tafsir, ada lagi yang kita belum tahu. Saya sudah berapa kali ceramah tentang kisah Nabi Yusuf dari Surat Yusuf, dan saya sudah ajarin tafsirnya, tetap saja ada yang baru, yang sebelumnya tidak tahu. Dan saya tidak pernah bosan membaca Surat Yusuf. Bahkan dikatakan, siapa yang baca Surat Yusuf, akan berkurang kesedihannya. Orang sedih baca Surat Yusuf, hilang sedihnya. Obat bagi seseorang yang sedang sedih. Ini di antara keagungan Al-Quran. Dibaca tidak pernah bosan. Bayangkan bulan Ramadhan, Imam Syafi’i sehari khatam dua kali. Apa nggak bosan? Tidak, nikmat membaca Al-Quran. Itulah suatu di antara keajaiban Al-Quran. Tidak bosan untuk membacanya, terutama bagi orang yang memahaminya, yang mengerti. Tidak akan bosan. Yang bosan biasanya yang tidak mengerti isinya, tidak tahu kandungannya. Menakjubkan, Al-Quran itu. Sebagian para ulama selalu membaca Al-Quran. Saya pernah ada ikut waktu-waktu kita Lebaran di Madinah, kemudian kumpul hari kedua, kalau tidak salah, kumpul semua mahasiswa, pihak universitas mengundang imam Masjid Nabawi. Diantaranya diundanglah Syekh Abdul Muslim Al-Qasim. Kemudian ditanya, “Syekh, bagaimana Anda bisa menjaga hafalan Anda?” Dia bilang, “Saya tiap hari baca 7 juz.” Tiap hari, berapa? 7 juz. Itu sudah hafidz. Dia baca 7 juz, tidak bosan. Jadi mereka malah lebih senang membaca Al-Quran.
Kemudian, di antara keistimewaan Al-Quran atau mukjizat Al-Quran adalah Al-Quran mengandung seluruh bentuk pengadilan, baik yang fitri maupun ahli. Ketika Allah berbicara tentang suatu hal, Allah memberikan pedalilan yang luar biasa. Ini tidak mungkin berasal dari bicara manusia. Saya sudah memberikan contoh, misalnya, antum tahu baca buku-buku saya. Saya menyinggung rinci rukun iman, situ baca pembahasan hari tentang iman kepada hari akhirat, tentang hari kiamat. Bagaimana Allah menyebutkan dalil-dalil secara ahli, secara fitrah. Bahwasanya kebangkitan itu mungkin. Karena ketika itu, kaum musyrikin sedang menolak adanya hari kebangkitan. Mereka yakin Tuhan itu ada, Allah itu ada, tapi mereka mengingkari hari apa kebangkitan. Di situ, disebutkan bagaimana pendirian Al-Quran luar biasa, pedalilannya baik secara ahli, baik secara kiasan, menggunakan analogi dengan sesuatu yang pernah terjadi, dengan berbagai macam pedalilan yang luar biasa. Ini menunjukkan mukjizat Al-Quran, pedalilan yang luar biasa.
Di antara mukjizat Al-Quran, Al-Quran mengabarkan hal-hal gaib yang masa lalu. Di antaranya, Al-Quran menyebutkan tentang kisah-kisah Nabi Nuh, Nabi Adam, Nabi-nabi Bani Israil, Nabi Yusuf, Nabi Musa, dan surat-surat yang tentang Nabi Musa itu rata-rata surat makkiyah, sebelum Nabi berhijrah ke Kota Madinah. Dan selama Nabi di Mekah, tidak pernah berinteraksi sama Yahudi. Ini antara hal yang menakjubkan, yang menunjukkan bahwa Al-Quran bukan karangan Muhammad. Kenapa Muhammad bisa mendatangkan cerita-cerita tentang Nabi-nabi Bani Israil dan tidak ada kisahnya? Ketika Al-Quran dibaca ke orang Yahudi di Kota Madinah, mereka mengatakan, “Eh, Muhammad salah. Itu surat Yusuf salah ceritanya. Tidak begitu.” Tidak ada yang mengatakan begitu. Padahal di situ ada surat tentang Nabi Yusuf, tentang Nabi Sulaiman, nabi-nabi mereka, yang Muhammad tidak bisa baca, tidak bisa tulis, dan tidak pernah berinteraksi sama orang-orang Yahudi. Saya pernah melihat di YouTube ada seorang pendeta dari Yahudi, kalau tidak salah, dia mengatakan, “Ini suatu hal yang menakjubkan dari Muhammad. Dia tinggal di Mekah, dia tidak bisa baca, tidak bisa tulis, dia tidak pernah berinteraksi dengan orang Yahudi, tapi dia bisa bercerita tentang kisah-kisah Nabi-nabi Bani Israil dengan detail yang terkadang tidak ada dalam Taurat dan Injil.” Ini antara mukjizat. Kemudian, juga di antaranya yang disebutkan oleh Thohir bin Asyur tentang bagaimana detailnya Al-Quran ketika Al-Quran menyebutkan tentang kisah Nabi Yusuf. Al-Quran mengatakan, berkata sang raja. Al-Quran menggunakan kata “Al Malik”, sang raja. Tetapi ketika Al-Quran berbicara tentang Nabi Musa, raja di zaman Nabi Musa, Al-Quran namakan dengan Firaun. Firaun ini diteliti oleh Thohir bin Asyur. Kenapa? Padahal sama-sama di Mesir. Kenapa ketika di zaman Nabi Musa Allah menggunakan kata “Al Malik”, sang raja? Ketika di zaman Nabi Musa, Nabi Musa jauh setelah Nabi Yusuf. Ada yang mengatakan 200 tahun, ada yang mengatakan 400 tahun, ada yang mengatakan 100 tahun lebih.
Ketika zaman Nabi Musa, Allah menggunakan kata “Firaun”. Qala Firaun, qala Firaun kali ini. Nabi Yusuf berkata “sang raja”. Adapun di Bible, juga disebut “Firaun” di zaman Nabi Yusuf. Di Al-Quran dibedakan. Ternyata, setelah diteliti, di zaman Nabi Yusuf, yang menguasai Mesir bukan suku Akbar, bukan suku Firaun. Mereka adalah suku Hyksos. Suku Yesus tersebut. Penguasa mereka dipanggil “raja”. Adapun suku Akbar, penguasa mereka dipanggil dengan “Firaun”. Jadi, Al-Quran tidak salah dalam menyampaikan sejarah. Dia membedakan zaman Nabi Yusuf, beda penguasanya, dari suku-suku berbeda dengan yang di zaman penguasa di zaman Nabi Musa. Dia adalah mukjizat Nabi Muhammad. Mana tahu cerita itu dari mana, kalau bukan Allah yang memberi tahu.
Diantara mukjizat Al-Quran, Al-Quran juga berbicara tentang masa depan. Masa depan yang artinya tidak terbukti, masa depan tersebut. Seperti Allah mengatakan tentang dalam surat Ar-Rum, di tempat yang dekat, yang terdekat. Ada yang mengatakan, yaitu di Yordan. Kemudian kata Allah, “Mereka kalah, Nabi mereka akan menang. Romawi akan balik mengalahkan Persia, dalam beberapa tahun.” Yaitu kurang dari 9 tahun. Ternyata benar. Setelah 7 tahun berikutnya, Romawi mengalahkan Persia. Ini bicara tentang masa depan dan terjadi sesuai dengan kenyataan. Paham? Diantaranya Allah berfirman tentang Abu Lahab. Kata Allah tentang masa depan di bukit Shofa. Kemudian Nabi mengatakan, “Wahai kaumku, kalau Aku kabarkan, di balik gunung ini, ada orang-orang akan menyerang kalian, akuntung musoddihiyyah kalian akan benarkan Aku.” Kata mereka, “Kami akan benarkan, wahai Muhammad, kami tidak pernah tahu engkau dosa, sama sekali, tidak pernah sekalipun dusta.” Bahkan mereka menjuluki Muhammad dengan Al-Amin. Kata Nabi, “Aku ingatkan kalian, di depan kalian, ada azab yang pedih.” Maka Abu Lahab marah. Dia mengatakan, “Ya Muhammad, celaka engkau, wahai Muhammad. Cuma gara-gara ini, kau kumpulkan kami. Celaka engkau sepanjang hari.” Maka turun firman Allah, “Celaka ke-2 tangan siapa Abu Lahab, dia akan masuk neraka dengan api yang menyala-nyala.” Berarti Allah mengabarkan Abu Lahab akan masuk ke neraka. Berarti sampai masa depan, Abu Lahab akan mati dalam kondisi kafir. Atau tidak. Seandainya Abu Lahab masuk Islam, Al-Quran batal. Saudara paham? Tapi Abu Lahab tidak masuk Islam, dan tidak pernah pura-pura masuk Islam. Bahkan saya pernah dengar, seorang wanita Nasrani masuk Islam gara-gara dia baca surat ini, Al-Lahab. Dia renungkan. Ya benar, kok. Ini Tuhan mengabarkan Abu Lahab akan masuk ke neraka. Dan benar, dia hidup, dia mati. Masih lama. Dia hidup masih lama. Dia meninggal setelah perang Badar. Berarti dia masih hidup berapa tahun. Perang Badar, yaitu tahun ke-15 ke-Nabian, kan? 2 Hijriah. Itu tahun 15, berarti dia masih hidup 15 tahun lagi. Dan dia tidak beriman sama sekali. Seandainya dia beriman, Al-Quran batal atau tidak batal. Tapi Allah kabarkan dia bakalan kafir sampai mati dan akan masuk ke neraka. Dan benar kenyataannya, apa demikian? Diantaranya juga Allah berfirman dalam surat An-Nahl, “Kuda kemudian himar, keledai, begal untuk kalian. Lilit, kabut, untuk kalian naiki.” Kemudian kata Allah, “Allah menciptakan alat-alat transportasi yang kalian tidak ketahui, nanti di kemudian hari.” Ada nggak ada motor? Dulu zaman Nabi, nggak ada motor. Tapi Allah mengatakan, Allah akan menciptakan sarana transportasi di kemudian hari, yang kalian tidak ketahui.
Ternyata banyak sarana transportasi setelah itu. Kemudian juga banyak mukjizat, seperti ketika ini ada buku khusus, namanya “Ijazul Ilmi”, tentang mukjizat ilmiah yang ada dalam Al-Quran. Tentu, kalau kita bahas satu persatu, sangat-sangat panjang. Tapi ini sekilas yang saya sebutkan tentang mukjizat-mukjizat Al-Quranul Karim. Diantaranya juga tentang kaitannya ayat per ayat, satu dengan ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya, demikian surat yang satu dengan surat sebelumnya, dan surat sesudahnya. Intinya, Ikhwān dan Akhwat yang dirahmati Allah SWT, kalau antum punya kemampuan dan semangat baca, silakan baca buku-buku tentang “Ijazul Quran”. Di situ, antum akan menyatakan dahsyatnya Al-Quran. Contohnya, kitab “Muqtaraqul Quran” karya Suyuthi. Beliau menyebutkan 35 sisi mukjizat Al-Quran. Nah, kalau kita tahu Al-Quran ini dahsyat, terus apa yang harus kita lakukan? Tentunya, kita harus dekat-dekat dengan Al-Quran, harus sering baca Al-Quran.
Manusia terhadap Al-Quran berbeda-beda. Ada yang baca Al-Quran cuma ketika salat saja. “Kamu sudah baca Quran?” “Sudah baca tiga kali saat salat Subuh.” “Tiga gol?” Dia baca Quran saat salat, Al-Fatihah selalu baca. Ya, sehari 17 kali saya baca, ya. Karena memang salat wajib dia baca Quran. Kalau salat saja, ini tentunya sangat jauh dari yang seharusnya. Yang kedua, ada yang baca Quran hanya bulan Ramadhan saja. Kalau setelah bulan Ramadhan, mereka tidak baca Al-Quran, kata para Salaf, “Celaka suatu kaum yang tidak mengenal Rabb mereka kecuali bulan Ramadhan.” Kata sebagian Salaf, “La taqun Ramadhani.” Jangan jadi “Ramadhani”. Apa itu “Ramadhani”? Yang tahu Allah cuma bulan Ramadhan, sembahlah Allah di bulan Ramadhan, dan juga di bulan-bulan yang lainnya. Ada yang baca Al-Quran kalau sesempatnya. Sesempatnya baru baca Al-Quran, ini juga tidak benar. Al-Quran bukan sesempatnya. Harus ada mengkhususkan waktu untuk kita baca Al-Quran. Seorang yang mengagungkan Al-Quran, harusnya dia sisihkan waktu. “Saya harus sehari saya baca sekian halaman, satu juz, kah setengah juz, kah?” Tapi dia menyisihkan waktu. Bukan, “Kalau lagi sempat, kalau lagi enggak.” Tapi memang dia menyiapkan waktu, mengkondisikan diri untuk baca Al-Quran setiap hari. Dan sesungguhnya, di antara wasilah untuk bisa kokoh di atas agama yang benar, di tengah fitnah yang begitu banyak, adalah dengan baca Al-Quran. Dan mereka orang beriman. Kalau dibacakan ayat-ayat Allah, maka bertambahlah keimanan mereka. Bertambah keimanan mereka. Itu baru dengar, apalagi kalau mereka baca sendiri.
Maka, kalau seorang baca Al-Quran dengan tadabur satu ayat, dia baca, dia renungkan maknanya, ini benar-benar menambah “charger” iman begitu cepat. Maka, Ikhwān dan Akhwat, sebentar lagi bulan Ramadhan, jangan sia-siakan waktu. Saya kasih ide saja, coba Ramadhan ini khatam baca Juz Amma, misalnya, dengan terjemahan dan tafsirnya. Insya Allah, ada tambahan apa keimanan. Ada tambahan keimanan. Tentunya, masih banyak pembahasan, tapi ini cukup. Insya Allah, yang saya sampaikan kurang lebih, mohon maaf, tapi demikian saja kajian kita. Insya Allah, kita lanjutkan pada waktu yang hanya Allah yang tahu. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kami Memohon 1000 Kemaafan!!!
Buat masa ini, Penulisan ini hanya boleh diakses oleh Penyumbang Infaq (VIP user) sahaja kerana buat masa ini kami memerlukan sumbangan dari pengguna untuk pengurusan dan penyelenggaraan Organisasi Penuntut Ilmu.
Jadi buat masa ini, pengguna dari kalangan ‘Guest’ dan ‘Subscriber’ hanya boleh membaca penulisan pada ‘Soal Jawab’ sahaja.
In Sya Allah sekiranya telah cukup sumbangan bulanan yang diperlukan, kami akan memberi akses percuma kepada semua pengguna.
Tekan Button Di Bawah Untuk Menjadi Salah Seorang dari Penyumbang Kami
Semoga ianya menjadi saham pahala yang sentiasa mengalir sehingga akhirat. Amin!
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!
10 Pembaca Terbanyak