Takut Merepoti Orang Tua, Apa Hikmahnya?

Takut Merepoti Orang Tua, Apa Hikmahnya?

Play Video

Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, sila rujuk video asal untuk semakan.

Takut Merepoti Orang Tua, Apa Hikmahnya?

kita membuat contoh satu anak satu anak muda smp atau sma zaman dulu biasanya kalau sekolah naik sepeda kalau pergi ke sekolah naik sepeda biasa di hampir hampiran gitu sesuai dengan perjalanannya dia nyamperin nyamperin nyamperin terus bareng-bareng begitu kita pun juga waktu sekolah dulu disamperin dari yang lebih jauh yuk berangkat berangkat padahal berangkat sendiri juga bisa cuman enak kalau bareng-bareng tiba-tiba suatu ketika anak muda ini disamperin sama sahabatnya ayo ayo cepat sudah siap kok kamu belum siap sementara yang disamperin ini lagi makan di saat lagi makan begini teman yang ngasih kode apa ngasih komando kalau waktu sudah siang terlambat nanti dia buru-buru sudah jam iya sudah siang hampir terlambat buru-buru dia makan cuci tangan langsung salaman dengan ibunda naik sepeda ngebut sampai di sekolahan sampai di sekolahan temennya yang nyamperin tadi langsung masuk kelas dianya baru menyandarkan sepeda tatonya diambil lagi sepedanya kemudian naik sepeda kemudian pergi balik lagi setelah setelah beberapa menit atau mungkin setengah 1.00 jam balik lagi ke sekolah sahabatnya sahabatnya tadi bertanya heh kenapa kamu pulang lagi memangnya ada ketinggalan enggak terus kenapa nggak ngerjain PR enggak lalu kenapa kamu pulang jawabannya sederhana bu apa tadi waktu engkau nyamperin Aku Aku lagi makan kemudian karena Aku buru-buru Aku langsung mencuci tangan kemudian salaman kepada ibundaku Aku lupa kalau piring-piring itu belum Aku cuci Aku teringat Aku takut kalau nanti piring itu yang mencuci adalah ibuku Allah tidak rela jika piringnya dicuci oleh ibundanya hati sekarang ada ibunya ibundanya titip di karuan sekalian bu ya sekalian model apa itu ibu kita sudah capek waktu kita kecil ya nyuapin kita mandiin kita kotor bersihin kotoran kita tidak pernah marah kita bangunkan di tengah malam dia tak tahunya sudah giliran orang tua kita sudah sepuh sudah tua masih saja kita repotkan urusan urusan semacam itu kita sering goyang dengan anak-anak yang kos seminggu sekali di kampus pulang bawa tas isinya baju kotor sudah begitu gayanya mama besok pokoknya pagi-pagi harus selesai umi mama atau ibu pagi-pagi Senin pagi sudah beres semua setrikaan loh ya gayanya sebalik mestinya tidak seperti wahai anak soleh solehah jika engkau pulang seminggu sekali bilang kepada ibumu ibu abah libur nggak usah sibuk sekarang saya akan masak nasi saya akan cuci baju saya akan mencuci piring saya akan membuatkan kopi dan seterusnya akan lebih dasar hati tidak sambung lihat naudzubillah itu bukan saja anak kampus anak Pondok pun kadang begitu kalau sudah di rumah tuh manja dipikir mondok itu untuk kepentingan dirinya diri ibunya mondok sekolah agama itu kepentingan dirinya bukan ibunya jadi bakti itu dengan hati sekarang bagaimana kita dengan orang tua kita kadang sudah tua masih kita repotkan dengan anak-anak kita memang orang tua kita senang dengan cucunya akan tetapi kita harus sering minta maaf kepada orang tua

Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!

Menu Utama

Penuntut

SoalJawab

Tematik

Dialog

VIP

Kitab

Akaun

TnC

Hubungi

Tentang

Digimart

SIMPANAN

SoalJawab

VIP

Tematik

VIP

Dialog

VIP

Kitab

PAPARAN LEPAS

SoalJawab

VIP

Tematik

VIP

Dialog

VIP

Kitab

10 Pembaca Terbanyak