Ketika Hati Mulai Mati Rasa terhadap Pasangan

Ketika Hati Mulai Mati Rasa terhadap Pasangan

Ketika Hati Mulai Mati Rasa terhadap Pasangan

Bagi pengantin baru, penting untuk belajar menjaga hati agar tidak terluka. Kadang-kadang, di tengah kebahagiaan, kita bisa terlena dan lupa menghindari sikap yang bisa melukai hati pasangan. Luka hati yang telah terjadi sering kali sulit untuk diobati; kenangan akan luka tersebut bisa terus membekas, termasuk segala caci maki dan olokan yang mungkin terjadi.

Oleh itu, sangat dianjurkan untuk pandai menjaga hati, tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk selamanya. Selalu ingat bahwa kita perlu memiliki ilmu tentang menjaga perasaan ini. Jangan bersikap sembrono, sebab ada kalanya seseorang yang tidak menghargai pasangannya akan bertindak seenaknya, yang berpotensi melukai hati pasangannya. Akibatnya, cinta yang tadinya kuat bisa menjadi renggang, bahkan hilang sama sekali.

Contohnya, seorang istri yang telah mencintai suaminya dapat berubah pandangan jika suaminya bersikap tidak baik. Ketika suami sudah berusaha untuk berubah dan menjadi lebih baik, istri mungkin merasa kesulitan untuk beranjak dari masa lalu yang menyakitkan. Hal ini bisa membuat istri teringat kembali luka lama yang mungkin tidak ingin mereka alami lagi di kemudian hari.

Sebagai istri, Anda harus mengukur sendiri ketidaknyamanan yang dirasakan dan apakah Anda mampu menghadapinya. Kami mengimbau agar Anda menyambut suami yang ingin berubah menjadi lebih baik. Jangan biarkan jarak antara Anda dan pasangan semakin menjauh. Latihlah diri Anda untuk terbuka, meskipun awalnya mungkin terasa sulit. Ingatlah, tidak baik menyimpan dendam, baik terhadap suami maupun orang lain. Usahakan untuk memiliki hati yang lapang dan berusaha untuk memaafkan.

Proses ini mungkin memerlukan waktu, namun seiring berjalannya waktu, Anda akan merasa lebih nyaman dan menemukan keindahan dalam hubungan Anda lagi. Begitu juga dengan perasaan benci yang muncul, tidak akan hilang dengan cepat; sama halnya dengan cinta yang bisa muncul kembali setelah melewati fase benci.

Sambutlah suami Anda walaupun awalnya dengan keterpaksaan. Cobalah untuk melayani dan tersenyum, walaupun terasa sulit. Dalam situasi di mana terdapat anak-anak, hindari pikiran untuk bercerai. Pastikan juga untuk menjaga pandangan dan tidak melirik ke arah lain, serta berhati-hati dalam berbagi cerita dengan orang lain.

Curhat kepada teman, terutama jika lawan jenis, dapat memperburuk keadaan. Teman yang tampak lebih lembut dan membandingkan dengan suami Anda bisa membuat Anda semakin membenci suami. Sebagai seorang wanita yang mulia, jaga komunikasi Anda. Jika Anda mulai membatasi atau bahkan menutup komunikasi dengan orang lain, hal ini dapat membantu menumbuhkan kembali cinta dalam hati Anda.

Jangan menyerah. Hati-hati dalam berbagi cerita; pastikan Anda curhat kepada orang yang tepat, seperti mereka yang bijaksana dan memahami dan dapat membantu menyelesaikan masalah. Jika tidak, cara curhat yang salah justeru akan memperburuk keadaan dan menambah rasa benci. Semoga Allah memudahkan kita dalam menjaga hati dan cinta.

Jawapan terhadap Tuduhan Ekstremisme oleh Singapura

Jawapan terhadap Tuduhan Ekstremisme oleh Singapura

Ustad Abdul Somad, atau yang akrab disapa UAS, tengah menjadi perbincangan publik setelah ditolak masuk ke Singapura. Pemerintah negeri Singa tersebut beralasan bahwa UAS menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi. Terkait tudingan tersebut, UAS akhirnya memberikan tanggapan. Penjelasan ini disampaikan saat wawancara bersama jurnalis sekaligus pegiat hukum Indonesia, Karni Ilyas, yang dikutip dari tayangan kanal YouTube Karni Ilyas Club pada Rabu, 18 Mei kemarin.

UAS menjelaskan bahwa kedatangannya ke Singapura adalah untuk berlibur, bukan untuk memberikan ceramah atau kegiatan politik. Ia menerangkan mengenai pernyataan Singapura dalam tiga poin. Pertama, terkait sebuah gerakan di Palestina, UAS mengaku pernah mengklarifikasi pernyataan itu sekitar enam tahun lalu. Ia menjelaskan bahwa gerakan yang dipermasalahkan itu khusus di Palestina dan dinilai tengah lemah karena perang. UAS mengutip fatwa para ulama dan bukan pendapatnya sendiri.

Kedua, mengenai patung yang dianggap ada jin di dalamnya, UAS menyatakan hal itu berdasarkan hadis Nabi Muhammad. Ia juga menyebutkan referensi dari sejumlah ulama dalam wawancara bersama Karni Ilyas tersebut.

Terakhir, UAS merasa bingung dengan tuduhan Singapura bahwa dirinya menyebarkan ekstremis. Padahal, saat menjadi visiting professor di University Islam Sultan Syarif Ali Brunei Darussalam, ia mendapatkan gelar doktor honoris causa dari University Internasional Antar Bangsa Selangor, Malaysia. Suami dari Fatimah Azzahra ini kemudian mempertanyakan perbedaan penilaian dari negara-negara ASEAN.

Sebelumnya, UAS dan rombongannya ditolak masuk ke wilayah Singapura pada Senin, 16 Mei 2022. UAS saat itu hendak masuk ke Singapura bersama enam anggota keluarganya. Setibanya di Singapura, otoritas imigrasi menolak masuk tujuh orang tersebut dengan alasan tidak memenuhi syarat untuk berkunjung ke Singapura. Keluarga itu kemudian langsung kembali ke Indonesia dan tiba kembali di Pelabuhan Batam Center pada pukul 18.10 WIB.

Terima kasih sudah menonton! Jangan lupa like, subscribe, dan share ya!

Reaksi terhadap Sindiran tentang Poligami

Reaksi terhadap Sindiran tentang Poligami

Ketika ada isu, Ustad Somad menyampaikan kepada saya bahwa Ustad Arifin Ilham mengatakan bahwa, “Untuk apa ustad penakut? Tidak berani istri dua.” Tentu saya melakukan klarifikasi dan langsung datang untuk menanyakan kebenarannya. Ustad Arifin Ilham pun mengiyakan pernyataan tersebut.

Alhamdulillah, kita bisa duduk bersama dalam satu majelis. Namun, dalam pertemuan itu, muncul beberapa percikan-api yang harus segera kita padamkan agar tidak menjadi bom waktu yang siap meledak, seperti api dalam sekam. Salah satu langkah yang kita lakukan adalah tabayyun atau klarifikasi.

Saat ini, kita sebaiknya mempertanyakan mengenai visi dan misi seorang istri yang baik bagi suami dan keluarganya. Pertanyaan ini sangat tepat untuk beliau, jadi silakan Kyai. Dunia ini adalah perhiasan, dan perhiasan dunia terindah adalah istri yang solehah.

Jangan pernah ajarkan istrimu untuk mencintaimu, tetapi ajarkanlah istrimu, duhai Ustad Abdul Somad, untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ajarkan juga kepada keluarga untuk takut kepada Allah, sehingga visi dan misi hidup kita menjadi jelas: ridho Allah.

Tugas kita adalah mengabdi kepada Allah, dengan Al-Qur’an sebagai pedoman dan Rasulullah sebagai panutan. Jika ini menjadi bagian dari kesadaran keluarga kita, maka istri kita akan mencintai kita karena Allah. Bahkan, dia akan berbisik, “Hai suamiku, hiduplah dengan sunnah Nabi.”

Masya Allah, Ustad. Apakah ada tanggapan dari ustad-ustad lain mengenai istri yang baik dan solehah? Adakah yang ingin menambahkan?

Jika kamu melihat istrimu dan hatimu menjadi tenang, itulah yang diakui oleh sebagian sahabat kita. Alhamdulillah, kata pak Ustad, “Kalau saya melihat dia, hati saya tenang.”

Jika dia patuh ketika kamu memerintahkan atau mengajaknya, seperti saat meminta tanda tangan di materai, dia patuh saja. Yang ketiga, bila kamu pergi, dia menjaga rumah dan anakmu. Dia tidak selingkuh dan tidak menjadi pelakor, dan kamu pun tidak menjadi ‘senior’, yaitu menikmati istri orang lain.

Insya Allah, jika semua ini terwujud, damailah dunia ini, Insya Allah.

Komentar Tegas terhadap Panji Gumilang dan Al Zaytun

Komentar Tegas terhadap Panji Gumilang dan Al Zaytun

Ustad Abdul Somad, atau UAS, memberikan kritik pedas terhadap dugaan aliran sesat yang terjadi di Pondok Pesantren Al Zaitun. Melalui video ceramahnya, UAS mengungkapkan kemarahannya terhadap ajaran yang disampaikan di pesantren tersebut, yang menurutnya mirip dengan ajaran Yahudi. UAS merasa kesal dan meminta agar pimpinan Pondok Pesantren Al Zaitun, Panji Gemilang, segera diamankan dan diberi proses hukum.

“Saya sudah mendapatkan videonya. Orang ini mesti ditangkap, dia adalah antek Yahudi,” lanjutnya. UAS juga heran mengapa masih ada orang tua yang mau memasukkan anaknya untuk menimba ilmu di pesantren tersebut. Ia mengimbau masyarakat agar lebih selektif dalam memilih tempat pendidikan agama untuk anak-anak mereka. Menurutnya, jangan memasukkan anak hanya karena bangunan yang megah, karena aliran sesat bisa terjadi dalam situasi tersebut.

Selain itu, UAS mencurigai bahwa di depan santri, di dalam masjid, anak-anak diajarkan lagu-lagu yang berasal dari ajaran Yahudi.

Sementara itu, Gubernur Ridwan Kamil telah membentuk tim investigasi untuk memeriksa polemik yang terjadi di Pondok Pesantren Al Zaitun. Tim ini dibentuk setelah dilakukan rapat khusus bersama pemerintah Provinsi Jawa Barat, MUI, Kemenag, ormas Islam, serta tokoh ulama. “Kesimpulannya adalah kami membentuk tim investigasi yang akan bekerja selama 7 hari. Kami harus hati-hati, berkeadilan, dan melakukan tabayun,” ujar Ridwan Kamil pada Senin, 19 Juni 2023.

Jika dalam pemeriksaannya tim investigasi menemukan pelanggaran, baik dari sisi agama maupun hal lain, Pondok Pesantren Al Zaitun siap ditindak secara hukum. “Nanti kita lihat hasilnya. Jika ada pelanggaran secara fikih, syariat, dan juga berpotensi adanya pelanggaran administratif terhadap norma hukum, maka akan ada tindakan administratif dan hukum,” lanjut pria yang akrab disapa Kang Emil itu.

Perbandingan Sikap terhadap Penjual Es Teh

Perbandingan Sikap terhadap Penjual Es Teh

Berapa harga esnya, satu kak? Rp 5.000. Dua, tiga kakak pilih siapa yang kakak mau kasih.

Dari sini, terkuak perbedaan sikap Ustad Abdul Somad dan Gus Miftah kepada penjual es teh di acara pengajian. Diketahui dari video bahwa Gus Miftah menghina penjual es teh saat acara pengajian yang digelar oleh calon bupati Magelang, Sudaryanto Trijaya, di lapangan Soeparji Ngungkit, Magelang. Video tersebut menjadi viral di media sosial.

Duduk di atas panggung, Gus Miftah seolah mengolok-olok bapak penjual es teh tersebut. Mulanya, Gus Miftah bertanya lebih dulu apakah es teh itu masih ada. Kemudian, diikuti dengan kata-kata yang kurang pantas, “Es teh Muse, okera stmu masih banyak, masih yokono didol, goblok, yasana dijual bodoh, eh!” ucap Gus Miftah. Ucapan tersebut langsung disahuti dengan gelak tawa oleh para hadirin yang datang.

Gus Miftah kemudian melanjutkan guyonan tersebut, “Dolen design and kolak, durung payu, west takdir jual dulu, kalau belum laku, sudah takdir,” ucapnya lagi. Penjual es teh yang bernama Surhaji tersebut hanya bisa terdiam sambil menarik napas panjang. Sikap Gus Miftah yang merendahkan ternyata bak bumi dan langit dibandingkan dengan Ustad Abdul Somad (UAS).

Saat Ustad Abdul Somad mengisi ceramah tabligh akbar, ia melihat ada seorang ibu yang berjualan minuman es. “Boleh gak berjualan saat tabligh akbar?” tanya UAS. “Boleh, kalau tak boleh mana boleh kakak itu jual es, ya kak?” jika tawas menyapa ibu penjual es itu. UAS bahkan menyemangati penjual es itu sambil tersenyum, “Boleh, kak! Mainkan terus!” Tambah lagi, jika tawas disambut tawa para jamaah.

Tak hanya itu, UAS kemudian menanyakan harga es yang dijual oleh ibu tersebut. “Berapa es harganya satu, kak?” Ibu itu menjawab, “Rp 5.000.” UAS kemudian bertanya lagi, “Rupanya es yang dijual oleh ibu itu hanya tinggal satu, sementara banyak yang ingin membeli es itu.” “Satu, dua, tiga, kakak pilih siapa yang mau kakak kasih,” ucapnya.

Kemudian, ibu penjual es itu memberikan kepada salah satu jamaah. UAS pun memanggil penjual es itu untuk ke atas panggung mengambil uangnya. Uang itu dikeluarkan oleh UAS dari dompetnya. “Langsung ambil duitnya, sini kak, duit khusus Rp 75.000,” kata UAS. Rupanya, uang yang diberikan UAS itu merupakan uang edisi khusus kemerdekaan. Penjual es tanpa memperhatikan uang Rp 75.000 dalam bentuk lembaran itu sebelum mengambilnya, lalu UAS pun menegaskan bahwa uang itu bisa dijadikan alat jual beli.

Download Tribun X sekarang menghadirkan lokal menjadi Indonesia.

Perbezaan Sikap terhadap Pedagang Keliling

Perbezaan Sikap terhadap Pedagang Keliling

Wetengnya gede, gede di cilik ini, Dek. Pak, soalnya gajah itulah. Kelon atau gelem di delok karowong, soalnya gajah itu izin awaknya gede. Manue cilik, Pak. Darianto, eh, apa nih? Bosokan, nih? Borokan, ya? Oh, kan borong.

Oh, kan borong. Es tehmu, bolehkah berdagang saat Tabligh Akbar? Boleh, kalau tak boleh, mana boleh? Kakak tuh jual es, ya? Kak, boleh mainkan. Kak, terus tambah lagi.

Download Tribun X sekarang, menghadirkan lokal menjadi Indonesia.

Larangan Allah Terhadap Kebodohan

Larangan Allah Terhadap Kebodohan

Allah Subhanahu wa Taala telah memberikan arahan kepada umat Islam, khususnya kepada orang-orang yang beriman, untuk menjauhi beberapa amalan yang tidak baik. Antara perkara yang dilarang adalah arak, judi, berhala, dan menilik nasib. Dalam Al-Quran, Allah berfirman kepada orang-orang beriman, dengan memanggil mereka dan menyeru agar menjauhi semua perkara ini.

Allah Taala menyatakan, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak, judi, berhala, dan menilik nasib adalah kotor dan termasuk dalam amalan syaitan. Oleh itu, jauhkanlah diri kamu daripada semua itu agar kamu beruntung.” Dengan kata lain, jika seseorang itu meninggalkan perbuatan-perbuatan ini, ia menunjukkan bahawa imannya adalah bersih dan tulus.

Amalan-amalan yang dilarang oleh Allah ini mempunyai akibat negatif terhadap masyarakat serta individu itu sendiri. Contohnya, minum arak boleh menyebabkan seseorang hilang akal dan tidak dapat berfikir dengan baik. Sebuah tindakan yang bodoh ini mencuri masa yang berharga dan mengurangkan produktiviti. Jika 12 jam digunakan untuk mabuk, berapa banyak pemikiran dan tindakan positif yang boleh dihasilkan pada waktu tersebut?

Begitu juga dengan judi, yang merupakan satu bentuk pembodohan. Dalam judi, seseorang bertaruh sesuatu yang pasti dimilikinya untuk memperoleh sesuatu yang tidak pasti. Ini adalah tindakan yang tidak cerdik dan menunjukkan ketidakberdayaan dalam membuat keputusan yang bijak.

Perbuatan menyembah berhala dan menilik nasib juga mengakibatkan kelemahan akal. Menilik nasib, khususnya, menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Jika seseorang yang mengaku dapat menilik nasib tidak mampu meramal nasibnya sendiri, ini membuktikan bahawa ia adalah satu penipuan.

Sebagai contoh, ada tempat di Kuala Kubu yang menjadi lokasi untuk menilik nasib. Sedangkan, jika kita berfikir dengan akal yang waras, kita harus bertanya kepada mereka yang menilik nasib tersebut tentang masa depan mereka sendiri. Jika mereka sendiri tidak tahu, mengapa pula kita harus percaya kepada nasihat mereka?

Islam mengajarkan kita untuk berfikir secara logik dan menggunakan akal yang sihat. Oleh itu, sangat penting untuk kita menjauhi segala perkara yang boleh merosakkan akal dan kehidupan kita. Dengan memahami larangan ini, kita dapat membina masyarakat yang lebih baik dan berfungsi dengan lebih efektif.

Akhirnya, marilah kita berpegang kepada ajaran Islam yang mengutamakan kecerdasan akal dan menjauhi segala bentuk kebodohan yang dibawa oleh amalan-amalan tersebut.

Bidasan terhadap Fatwa Mufti Wilayah Persekutuan

Bidasan terhadap Fatwa Mufti Wilayah Persekutuan

Baru-baru ini, terdapat seorang ustaz yang mempunyai jawatan tinggi dalam kerajaan. Ustaz ini sering kali mencipta masalah. Terbaru, muncul sebuah video di mana beliau mempertikaikan kelayakan Mufti Wilayah Persekutuan dan Mufti Perlis. Kritikan beliau ini adalah disebabkan fatwa yang dikeluarkan oleh Wilayah Persekutuan yang mengharamkan tabung masjid digerakkan sewaktu khutbah Jumaat.

Marah betul ustaz ini sehingga beliau meragui kelayakan kedua-dua mufti tersebut. Namun, saya kira kritikan ini tidak kena pada tempatnya. Memang benar bahawa beliau merujuk kepada kitab al-Mughnī al-Maḥsyar, dan saya juga sudah mempelajari kitab tersebut yang merujuk kepada mazhab Syafi’e. Namun, dalam Islam, kita perlu ingat bahawa bukan hanya ada pendapat mazhab Syafi’e.

Terdapat juga mazhab lain. Jika kita setuju dengan mazhab Syafi’e yang mengatakan bercakap ketika khutbah itu hanyalah makruh, kita tidak boleh melupakan pendapat majoriti ulama daripada tiga mazhab lain: iaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, dan mazhab Hanbali. Mereka berpendapat bahawa hukumnya haram bagi seseorang yang berada di dalam masjid untuk bercakap semasa imam sedang berkhutbah, apatah lagi jika ia bukan dalam keadaan darurat.

Perbuatan bercakap atau menggerakkan tabung, dalam pandangan mereka, dianggap boleh mengganggu kekhusyukan orang lain untuk mendengar khutbah. Sesungguhnya, terdapat hadis daripada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam yang melarang perbuatan ini. Ketaksuban kita terhadap satu mazhab mungkin dapat dihilangkan jika kita berani untuk menyemak dan menilai semula pandangan-pandangan ulama lain.

Kita perlu melihat dengan objektif pandangan fatwa ulama dari mazhab selain Syafi’e. Tidak salah untuk seseorang mengikut mazhab Syafi’e, malah kita harus menghormatinya. Seperti kata orang Arab, “Siapa yang ingin mengikuti mazhab Syafi’e, kita angkat mereka di atas kepala kita.” Ini kerana Imam Syafi’e dikenali sebagai Nasir Sunnah.

Namun, adalah tidak wajar untuk mencela orang yang mengikuti mazhab lain. Marilah kita bertanya kepada diri sendiri: Adakah kita perlu membenci orang yang mengikut imam lain, atau sebaliknya, kita perlu membenci diri sendiri kerana tidak menyedari bahawa terdapat pandangan lain dalam isu ini? Kita harus mengamalkan sikap terbuka dan mengakui bahawa terdapat pelbagai pendapat dalam Islam yang dapat membantu kita memahami ajaran-Nya dengan lebih baik.

Respon Terhadap Video Fitnah – Allah Berjisim

Respon Terhadap Video Fitnah – Allah Berjisim

Saya ingin berkongsi tentang pengalaman saya sepanjang bulan puasa ini. Seperti yang diketahui, kita sering menerima serangan dan cabaran, namun saya memilih untuk tidak membalasnya. Bagi sesiapa yang menonton video saya, mereka pasti sudah jelas mengenai maksud dan apa yang saya sampaikan. Ini semua hanyalah usaha orang tertentu untuk mencari gaduh dan memfitnah saya.

Saya berdoa agar kita semua dapat mengingatkan diri sendiri, terutama sepanjang bulan Ramadan ini. Pada bulan ini, kita seharusnya lebih fokus kepada ibadat dan bagaimana cara untuk membersihkan jiwa kita. Ini juga adalah waktu yang tepat untuk menyucikan dosa-dosa kecil dan besar kita. Mudah-mudahan, Allah Taala menjadikan bulan puasa ini sebagai bulan di mana kita boleh keluar dengan gelaran “mutakin”.

Janganlah kita menjadi seperti syaitan, sedangkan syaitan diikat dan dibelenggu. Jika kita melakukan perbuatan yang tidak baik di bulan ini, itu adalah satu kerugian. Oleh itu, jika ada yang ingin mengajak kita bergaduh atau memaki, kita perlu ingat bahawa kita sedang berpuasa. Dalam hadis disebutkan, “Jika seseorang mengajak bertengkar, katakanlah: ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’”

Dalam beberapa hari kebelakangan ini, saya merasakan tekanan yang lebih hebat, di mana ada yang menggunakan video-video lama saya. Sedangkan isi kandungan video tersebut sangat jelas. Namun, saya memilih untuk bersabar, tuan-tuan.

Ingatlah, kita tidak hidup lama di dunia ini. Kita mungkin akan meninggal dunia dalam waktu yang sangat dekat. Oleh itu, kita perlu merenungkan apa yang ingin kita bawa apabila bertemu Allah Azzawajal. Saya terus berdoa, khususnya dalam bulan puasa yang diberkati ini. Doa kita mungkin akan dimakbulkan, terutama dalam keadaan dizalimi di mana orang-orang mencuri dan mengedit video kita sehingga menyimpang dari konteksnya.

Mudah-mudahan, Allah mendengar doa orang-orang yang dizalimi. Amin, ya Rabb.

Penguat Kuasa dan Tindakan Terhadap Individu Berfikir Kritis

Penguat Kuasa dan Tindakan Terhadap Individu Berfikir Kritis

Baru-baru ini, tuan-tuan, saya dijemput untuk menghadiri satu program besar-besaran yang diadakan di sebuah negeri. Dalam pada itu, Datuk Mufti dan Syeikh Hussein juga turut dijemput. Ketika saya melihat senarai nama yang akan hadir, saya merasa sedikit ragu. Saya bertanya kepada penganjur, “Betul ke ini? Hangpa dapat kelulusan untuk program ini?” Saya melihat nama-nama yang tersenarai semuanya kelihatan mencurigakan, seperti nama-nama yang ada dalam senarai *wanted*. Penganjur menjawab, “Betul, kami sudah dapat kelulusan untuk buat program ini.”

Walaupun dalam hati saya meragui kelancaran program tersebut, saya memutuskan untuk tetap pergi kerana mereka sudah mensponsori tiket dan segala-galanya. Saya pergi ke sana, bukan dengan kapal terbang, tetapi dengan kereta bersama keluarga. Sebelum program bermula, saya sudah menyediakan beberapa nota untuk dibincangkan.

Pada petang program, sekitar jam 6.00, penganjur menghubungi saya. “Doktor, boleh cakap sikit tak?” tanyanya. Saya menjawab, “Nak cakap sikit ke nak cakap banyak? Nampak macam nak cakap banyak je.” Dia memberitahu bahawa saya tidak dibenarkan untuk bercakap. Malah, Syeikh Hussein juga tidak dibenarkan bercakap. Walaupun begitu, Mufti dibenarkan bercakap, mungkin kerana kedudukannya. Penganjur memujuk saya untuk tetap datang, walaupun saya berasa tidak ada guna kerana tidak dibenarkan bercakap. Namun, ramai yang sudah menunggu, jadi saya berfikir untuk hadir juga.

Setibanya di majlis tersebut, secara kebetulan ada penguat kuasa yang hadir. Mereka awalnya merancang untuk menangkap kami, tetapi saya meminta agar tidak berbuat demikian, bimbang akan menyusahkan semua orang. Saya menjelaskan bahawa kami tidak mahu melanggar peraturan negeri. Penguat kuasa itu kemudian memberi cadangan kepada saya, “Ustaz, kalau nak bercakap memang tidak dibenarkan, tetapi jika ustaz berada di hotel dan bercakap secara dalam talian, itu boleh.”

Dalam hati saya, saya terfikir, “Kita guna otak ke tidak? Boleh datang secara fizikal tetapi tak boleh bercakap.” Namun, penguat kuasa itu berkata, “Kami kesian tengok ustaz datang. Ustaz boleh bercakap, tetapi jangan baca ayat Quran atau bercakap mengenai hukum.” Saya pun berkata, “Kalau saya baca Quran dan hadis, apa salahnya? Tetapi kalau saya menyanyi di atas pentas, boleh pula?”

Di dalam hati saya, saya berfikir tentang kejanggalan situasi tersebut. Penguat kuasa itu mengakui bahawa mereka sedang menjalankan tugas, walaupun pada hakikatnya apa yang mereka lakukan tidak betul. Saya juga menegaskan, “Kalau ada orang nazak di dewan ini, dan saya ajar dia mengucap, ada salah ke? Saya tidak tahu apa yang perlu dilakukan dalam situasi itu.” Dia memberitahu bahawa, menurut undang-undang, itu adalah salah.

Keadaan yang berlaku di negara kita ini kadang-kadang mewujudkan suasana yang agak membingungkan. Saya ingin menegaskan bahawa walaupun kita semua adalah ustaz, darjat kita tidak semestinya sama. Saya mungkin tidak bergelar Datuk, tetapi saya percaya setiap orang memiliki peranan dan tanggungjawab masing-masing. Ustaz Mat, misalnya, mempunyai penampilan yang berbeza kerana dia suka memakai oren, sedangkan saya tidak begitu menggemari warna tersebut.

Akhir sekali, saya ingin mengingatkan kita semua tentang pentingnya memahami situasi semasa dan peraturan yang ada, walaupun kadangkala ia kelihatan tidak adil.