Puasa dan Mandi Wajib Selepas Azan Subuh

Boleh kah mandi wajib dilakukan selepas azan subuh dan adakah kita boleh berpuasa pada hari tersebut? Berdasarkan riwayat Aisyah radhiallahu anha, beliau telah menceritakan bahawa dia telah mandi wajib bersama Nabi Muhammad SAW selepas azan subuh. Ini bermaksud bahawa apabila azan subuh telah berkumandang, maka waktu untuk mandi wajib telah selesai, dan beliau kemudian menunaikan solat subuh. Dalam situasi ini, adalah penting untuk memahami bahawa mandi wajib dilakukan sebelum masuk waktu solat dan puasa tidak terjejas oleh masa mandi tersebut, memandangkan beliau melaksanakan mandi wajib selepas azan, bukan sebelum.
Selain itu, berkaitan hubungan suami isteri dan halal haram semasa bulan Ramadan, Allah SWT berfirman bahawa dihalalkan pada malam hari berpuasa untuk menyetubuhi pasangan. Maksudnya, aktiviti tersebut diizinkan selepas waktu berbuka puasa dan sebelum terbit waktu fajar. Ia tidak bergantung kepada malam bulan Ramadan sahaja, bahkan berlaku sepanjang masa dan tidak terbatas pada malam tertentu. Jika pasangan melakukan hubungan seks selepas sahur dan sebelum azan subuh, mereka mesti memastikan mereka mandi wajib sebelum solat subuh kerana meninggalkannya boleh membatalkan puasa dan melanggar rukun ibadah.
Akhir sekali, jika pasangan melakukan hubungan selepas azan subuh dan belum mandi wajib, mereka tidak boleh ke masjid untuk menunaikan solat subuh. Mereka wajib mandi wajib terlebih dahulu untuk memastikan kesucian sebelum keluar ke masjid. Jika mereka mengabaikan mandi wajib atau melakukan hubungan seks selepas waktu yang dilarang, mereka dikenakan hukuman tertentu seperti wajib qadha atau bahkan hukuman lain berdasarkan syariat. Oleh itu, penting untuk mengikuti panduan agama dan memastikan semua amalan dilakukan pada waktu yang ditetapkan, agar ibadah kita sah dan tidak melanggar syarat-syarat agama Islam.
Azan dan iqamah untuk bayibaru lahir

Amalan yang berkaitan dengan azan kepada kanak-kanak yang dilahirkan memiliki pandangan yang berbeza-beza di kalangan ulama. Sebahagian hadis mengenai hal itu dikategorikan sebagai fadailul amal, yang membolehkan kita mengamalkannya sebagai amalan sunnah, tetapi kedudukannya tidak kukuh dari aspek sanad dan hadis. Oleh itu, amalan tersebut tidak wajib dan tidak perlu dipertikaikan jika tidak diamalkan, kerana ia lebih kepada fadilat daripada kewajipan, dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang mesti dilakukan dalam setiap kelahiran anak.
Selain itu, tradisi yang dilakukan oleh para sahabat ketika lahirnya anak adalah membawa anak ke hadapan nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam untuk dipermudahkan urusan dan keberkatan. Para sahabat juga biasanya membawa anak kepada orang soleh untuk memohon doa dan keberkatan untuk anak mereka. Tindakan lain yang dilakukan termasuk memberikan makanan manis seperti kurma kepada bayi agar menyimpan sifat baik dalam mulutnya, yang dianggap sebagai bentuk tafaul dan amalan baik sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah. Semua ini dipandang sebagai usaha yang baik, dengan niat yang ikhlas dan mengharapkan keberkatan dari ilmu dan doa.
Namun, terdapat amalan-amalan tertentu yang tidak berdasar secara syariat dan boleh dikategorikan sebagai karut marut dalam masyarakat Melayu. Antaranya ialah tradisi seperti mencukur kepala anak secara beramai-ramai, pusingan tertentu, atau melakukan upacara yang tidak mempunyai sandaran hadis yang sahih. Sebaiknya, kita tidak bergantung kepada amalan yang tidak mempunyai asas syariat dan tidak melibatkan unsur bidaah atau amalan yang bercanggah dengan ajaran Islam. Sebaiknya, kita membawa anak kepada orang soleh yang benar-benar menjaga dan mengamalkan ajaran Islam serta menghindari amalan tradisi yang meragukan, demi memastikan iman dan akidah kita tetap terpelihara.
Kisah Nyata! Penghina Azan Berubah Jadi Hewan

Perubahan yang tampak di mulutnya menyerupai moncong binatang seperti yang disebutkan sebelumnya. Seseorang lalu menguburkannya dan meninggalkannya begitu saja. Kisah ini sangat populer dan telah diceritakan kembali.
Saya ingin menyampaikan kejadian nyata, meskipun mungkin ini sangat jarang terjadi. Dalam salah satu acara tausiah yang diberikan oleh guru kami dalam pernikahan, ada seorang yang dikenal baik dan saleh. Beliau adalah seorang alim yang muda namun sangat dihormati, namanya Kyai Haji Ahmad Qayyim Qayyum, dari daerah Ujung Jawa Tengah.
Dari pesantren beliau, banyak lahir tokoh-tokoh besar, termasuk keturunan menteri agama yang baik. Masya Allah, beliau tidak ingin dibantu oleh pemerintah; beliau lebih memilih untuk mandiri. Meskipun hartanya cukup baik, beliau tetap ingin menggunakan hasil usaha sendiri. Yang paling menarik adalah cerita beliau tentang kejadian yang nyata.
Pada 18 Februari, beliau menceritakan tentang seseorang yang sangat marah ketika mendengar adzan. Dia tidak hanya marah, tetapi juga mengeluarkan kalimat yang tidak pantas. Setelah orang tersebut meninggal, karena dia Muslim, ia diperlakukan sesuai dengan prosedur pemakaman Muslim lainnya.
Namun, saat dimasukkan ke liang lahat, dibuka sedikit kafannya dan dihadapkan ke arah kiblat, tampaklah perubahan di mulutnya, menyerupai moncong binatang. Seseorang yang melihat kejadian itu langsung meninggalkan penguburan tersebut. Kisah ini sangat populer dan sering dibahas sebagai pelajaran.
Biasanya, kejadian seperti ini menjadi peringatan. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat bahwa jika seseorang jauh dari Allah, maka akan ada fenomena di alam yang menunjukkan kekuasaan Allah. Jika semua tanda tersebut muncul dan kita masih tidak ingat kepada Allah, hal itu menunjukkan bahwa iman kita sangat lemah.
Seharusnya, kita yakin dengan membaca Al-Qur’an. Jika kita belum yakin setelah melihat bukti-bukti, maka perlu dipikirkan lebih lanjut. Allah firmankan, bahwa tanda-tanda di semesta dan dalam diri kita sendiri akan membuktikan kebenaran.
Kalau tanda di alam sudah muncul dan kita belum juga yakin dengan Allah, pertanyaannya adalah, apa lagi yang kita perlukan untuk percaya? Ada cerita tentang bayi yang lahir dengan lafadz Al-Qur’an di badannya, sesuatu yang tidak mungkin diukir oleh manusia. Ada juga anak yang di vonis tidak akan hidup baik, tetapi pada usia tiga tahun tiba-tiba telah hafal Al-Qur’an.
Dari mana semua keajaiban ini berasal? Jika Anda masih ragu setelah mendengar semua cerita ini, mungkin perlu dipertanyakan, apa lagi yang bisa membuat kita yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah?
Apa hukumnya mengumandangkan azan di gereja jika dilarang?

Ustad, saya melihat dan membaca berita bahwa gereja-gereja di Palestina mengumandangkan adzan karena adzan dilarang oleh Israel. Apa pendapat ustad mengenai hal ini? Mengapa adzan dikumandangkan di gereja, sementara di masjid tidak? Siapa yang mengumandangkan adzan tersebut?
Sementara orang Islam tidak harus mengumandangkan adzan di tempat ibadah non-Muslim, mereka dapat melakukannya di tempat lain, seperti di jalanan atau di lapangan. Mengapa tidak mengumandangkan adzan di sana saja? Tidak perlu masuk ke dalam tempat ibadah non-Muslim.
Jika ada non-Muslim yang mengumandangkan adzan, apakah itu diperbolehkan? Kalau mau, silakan saja, tetapi tidak ada nilai spiritualnya. Saya rasa yang lebih baik adalah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Namun, jika mereka ingin mengumandangkan adzan, biarkan saja, jangan dicegah. Meskipun demikian, itu tidak akan memiliki nilai, dan kita bisa berdoa semoga mereka nantinya bisa menjadi Muslim.
Inilah alasan azan tidak boleh diganti dengan bahasa selain Arab.

Allahu akbar, Allahu akbar. Jangan diganti-ganti, baik saat anda terjemahkan ke dalam bahasa biasa maupun menggunakan penerjemah. Hal ini penting untuk diingat karena pernah terjadi kejadian di beberapa negara, termasuk Turki. Meskipun bahasanya banyak, ketika diterjemahkan bisa jadi tidak mencerminkan makna yang sebenarnya. Misalnya, terjemahan “Ya Tuan, saya besar” tidak memiliki kesan yang sama.
Bismillahirrahmanirrahim, kita mulai dengan Syekh Ibnu Katsir rahimahullah. Para sahabat memulai bacaan Kitabullah, yakni Al-Quran, dengan Bismillahirrahmanirrahim. Di dalam mushaf, Bismillahirrahmanirrahim dicantumkan dengan jelas. Semua ulama sepakat bahwa kalimat tersebut tercantum sebagai bagian dari ayat di Surah An-Naml, yakni surah ke-27, tepatnya pada ayat ke-30. Ayat tersebut berbunyi: “Inna bi Sulaiman wa inna bismillahirrahmanirrahim.”
Ingat, ketika disebutkan nama surah Al-Quran, kita tidak boleh membacakannya dengan terjemahannya. Ini termasuk bagian dari kalimat-kalimat dalam syariat yang harus dibacakan dalam bahasa Arab. Sebagai contoh, dalam situasi sosial, ketika anda berbincang, jangan sebutkan terjemahannya. Nama surah yang disebutkan akan berubah dan dapat mengubah kesan makna yang diterima di hati kita.
Hal ini juga berpengaruh pada respon kita terhadap ayat dan syariat. Pertanyaannya, “Kamu sedang baca surat apa?” Jika dijawab, “Surat Semut,” atau “Surat Emak-Emak,” akan berbeda kesannya dengan mengatakan, “Kamu sedang baca surat An-Naml,” atau “Surat Al-Fil.” Ini berlaku juga untuk adzan. Allahu akbar, Allahu akbar. Jangan ganti artinya ketika diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
Pernah terjadi kejadian di beberapa negara, termasuk Turki, yang menunjukkan bagaimana penerjemahan dapat mengurangi kesan dalam jiwa, sehingga tidak ada penguat untuk menunaikan salat dengan baik. Jika kita bayangkan, di Indonesia ada banyak bahasa dengan ribuan pulau, misalnya bahasa Jawa, Sunda, dan Betawi. Meskipun kita memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia, terjemahan seperti “Tuan, saya besar” dapat kehilangan makna dan kesan yang ada dalam penggunaan aslinya.
Karena itu, penting untuk menyebutkan nama surah Al-Quran dengan tepat tanpa menerjemahkannya.
Dalil Azan dalam Kubur

Pak Ustad, bagaimana hukumnya mengazankan mayat sebelum dikuburkan? Dosen saya mengatakan itu haram, sedangkan di kampung saya, praktik tersebut dilakukan. Dosen kamu, dosen bapak, dan dosen antum yang mengatakan haram ini, mereka hanya memberikan dua dalil: Al-Qur’an dan hadis. Namun, saya tidak menemukan dalil tersebut di Al-Qur’an atau hadis yang menyatakan bahwa mengazankan mayat itu haram.
Saya membuka kembali kitab mazhab Syafi’i dan ingin mengetahui siapa yang membuat pernyataan ini. Apa isi kitabnya? Dalam kitab-kitab klasik, terdapat penjelasan bahwa dalilnya adalah qiyas. Apa itu qiyas? Jika saat lahir seseorang diazankan, maka saat mati juga seharusnya diazankan. Ini adalah dalil mereka yang menggunakan qiyas.
Saya bertanya kepada Ustad Abdul Somad, “Nanti kalau saya mati, bolehkah kami azankan?” Jika saya mati, saya tidak ingin ada yang mengazankan. Ketika mak cik saya meninggal, saya berada di samping kuburnya. Saya bertanya kepada Abdul Somad, “Apakah kami harus mengazankan atau tidak?” Ia menjawab, “Tak usah.” Namun, saya tidak menyalahkan orang yang mengazankan mayat. Mereka mengikuti pendapat ulama yang berdasarkan dalil.
Mengenai masalah bagaimana menafsirkan suatu hukum, saya menghormati semua pendapat tersebut. Namun, jika tidak ada dalam hadis, tidak ada ijma, dan tidak ada qiyas, janganlah kita asal memandai-mandai dengan pernyataan bahwa itu haram. Ini bukan sekadar pandangan pribadi, melainkan ada dalam kitab mazhab Syafi’i sebagai hasil ijtihad para ulama.
Isu “Azan Berduet”

Azan merupakan satu bentuk zikir yang syariatkan dalam Islam. Ia bertujuan untuk memberitahu umat Islam tentang masuknya waktu solat fardu dan juga untuk memanggil mereka supaya berkumpul melaksanakan solat secara berjemaah. Maksud azan sebagai zikir ini menunjukkan bahawa azan adalah satu ibadah. Oleh itu, kita tidak boleh memandang remeh pada azan.
Kita sering melihat video di mana ada orang yang melakukan azan dengan cara berduet. Maksud berduet di sini adalah seorang individu membaca satu rangkap manakala individu yang lain menyambung dengan rangkap seterusnya. Sebagai contoh, seorang mungkin menyebut “Allahu Akbar” manakala yang lain menyambung dengan “Aisyah Abdullah ilahillallah”. Aktiviti ini, walau bagaimanapun, tidak sah menurut pandangan empat mazhab yang ada.
Berdasarkan penelitian saya, azan adalah ibadah badaniah, yang memerlukan niat dan lafaz yang khusus. Di zaman Nabi, hanya Bilal yang mengumandangkan azan. Sekiranya Bilal tidak dapat melakukannya, tidak ada pengganti seperti Ibnu Ummi Maktum. Mereka tidak melakukan azan berduet; setiap individu melakukannya secara sendiri.
Kreativiti kita tidak boleh mengubah cara ibadah yang telah ditetapkan. Jika kita bertanya kepada imam dari empat mazhab, mereka tidak membenarkan azan dilakukan secara berduet. Hal ini kerana azan adalah satu ibadah yang harus dilakukan secara individu, dengan lafaz yang telah ditentukan.
Meskipun tidak ada larangan secara khusus yang dinyatakan oleh Nabi, ia penting untuk merujuk kepada sunnah dan praktik yang telah ditetapkan. Dalam konteks ibadah, kita seharusnya mencari cara yang telah ditunjukkan oleh Nabi. Dalam hal ini, tidak ada amalan azan berduet yang dilakukan pada zaman Nabi.
Oleh itu, kita perlu berhati-hati dan menghindari perkara baru dalam agama. Semua perkara baru boleh dianggap sebagai bidaah. Dalam hal ini, bidaah dianggap sesat dan hendaklah dijauhi. Oleh itu, kita harus mengikuti cara azan yang telah ditunjukkan oleh muazin Nabi secara khusus, sebagai satu ibadat yang dihormati dan perlu dilaksanakan dengan betul.
Sedang Bersahur Dengar Azan: Boleh Habiskan Makanan Atau Perlu Berhenti?

Assalamualaikum, Datuk. Waalaikummusalam.
Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud berkenaan dengan waktu azan. Dalam hadis tersebut, dinyatakan bahawa apabila azan berkumandang, dan seseorang masih mempunyai bekas minuman di tangan, dia hendaklah menyempurnakan hajatnya dan meneruskan minum. Persoalan yang timbul adalah, adakah dibenarkan untuk makan dan minum ketika azan berkumandang? Ini menimbulkan kekeliruan sama ada azan tersebut merujuk kepada azan Bilal, iaitu azan sebelum subuh, atau belum masuk waktu subuh yang sebenar.
Sebenarnya, terdapat beberapa pendapat daripada ulama mengenai isu ini. Adakah seseorang itu masih boleh makan sahur jika azan subuh telah berkumandang? Hadis yang disebutkan di atas merupakan hadis yang tidak sahih. Dalam kitab yang ditulis oleh Ibn Abi Khathir, hadis tersebut telah dikritik dan dinyatakan bahawa ianya tidak sahih.
Walau bagaimanapun, apa yang jelas adalah bahawa hadis ini, pada zahirnya, seiring dengan kandungan Quran. Al-Quran menyebutkan maksudnya: “Makan dan minumlah sehingga terbit fajar.” Ini menunjukkan bahawa kita dibenarkan untuk makan dan minum sehingga terbit fajar.
Apabila terbit fajar dan azan subuh berkumandang, kita hendaklah berhenti. Namun, ada juga para ulama yang mentakwilkan bahawa azan yang disebutkan itu adalah azan sebelum subuh. Maka, menurut takwilan ini, jika ingin makan, kita boleh melakukannya tetapi perlu berhati-hati sehingga azan subuh berkumandang. Ini adalah sebahagian daripada takwilan ulama mengenai isu ini.
Sekian, terima kasih.
Kelebihan Azan: Apa Yang Berlaku Kepada Syaitan Ketika Azan?

Assalamualaikum Datuk,
Waalaikummusalam. Saya ingin bertanya mengenai amalan azan ketika seseorang hilang, sama ada di dalam hutan atau di tempat lain. Kononnya, ada yang berpendapat bahawa hal ini disebabkan oleh jin yang menculik. Apakah amalan ini mempunyai asal usul dalam agama?
Sebahagian ulama menyebut bahawa azan ini mempunyai kelebihan. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, dinyatakan bahawa syaitan akan lari apabila mendengar azan. Ini bermakna, ketika azan berkumandang, syaitan akan terketuk dan pergi jauh. Namun, setelah azan selesai, syaitan akan kembali dan mengganggu orang-orang yang sedang solat.
Oleh sebab itu, ada pemahaman bahawa azan dapat menghalau gangguan syaitan. Dalam situasi di mana seseorang melihat lembaga yang menakutkan, disarankan untuk melakukan azan. Sebagai contoh, dalam riwayat Abu Daud, terdapat nasihat untuk bertakbir apabila melihat lembaga yang mencurigakan, “Jika kamu melihat sesuatu yang menakutkan, maka mulakan dengan azan.”
Tambahan pula, ada riwayat yang menyatakan bahawa jin juga boleh menculik manusia. Dalam hadis zaman Khalifah Omar, terdapat cerita tentang seseorang yang diculik oleh jin. Jin ini memang ada yang jahat, dan azan diyakini dapat menakutkan mereka.
Walau bagaimanapun, jika kita mengetahui bahawa kehilangan seseorang bukan disebabkan oleh gangguan syaitan, sebaiknya kita mencari mereka dengan segera. Ini adalah langkah yang lebih utama sebelum membuat andaian lain.
Semoga penjelasan ini memberi pencerahan. Terima kasih.
Benarkah Ada Larangan Azan Di Penang?

Betul ke azan di Pulau Pinang tidak dibenarkan? Ada orang kata ketua Menteri marah azan kuat-kuat. Kita pun dengar serabut kot bab-bab gini kerana kita tak boleh kompromi dalam perkara hukum agama. Walaupun ayah kita sekalipun, tidak usah kata ketua Menteri Pulau Pinang, nak jadi agama dia kena duk datang faham Menteri bawah. Betul tak? Mana atas raja dengan agama? Jurus tu ke, tak pe tu? Mana atas Perdana Menteri dengan agama? Kamu jawab molek, tak nak mengundi jawab lain. Hehe, nampak?
Jadi, agama di atas tidak ada orang lain yang boleh potong. Dia adalah Al-Islam yang dituturkan. Walau bagaimanapun, Al-Islam di atas tidak ada orang boleh lawan. Maka, daripada siasatan, rupa-rupanya hak siasatan kita mungkin ada benda yang kita tak tahu. Nak rezeki tanya kita, kita jawab sekadar yang kita tahu. Rupa-rupanya kesnya berlaku hanya pada sebuah masjid. Masjid ini bersebelahan dengan hotel-hotel mewah yang sudah lama bertapak, hotel lima bintang.
Pada suatu hari, seorang pelancong orang putih datang dan duduk di hotel ini. Bilik dia bersebelahan dengan pagar masjid, jadi bila dia bangun untuk solat subuh, dia terganggu kerana mendengar azan. Hari itu tengah hari, dia pula pergi dan mengadukan kepada pihak pengurusan hotel. Pihak hotel ini pun fikir panjang tentang masalah tersebut. Dari siasatan yang dilakukan, mereka minta pihak masjid supaya perlahankan azan kerana urusan perniagaan. Padahal hotel ini sudah lama beroperasi dan tidak ada masalah sebelum ini.
Maksudnya, orang putih lain pun tidak mengganggu. Dia nak mari duduk di hotel, tetapi bila dengar azan, dia jadi terganggu. Jadi, situasi ini bukan arahan ketua Menteri, bukan arahan kerajaan, dan sebagainya. Itu saja ceritanya.
Pihak hotel minta supaya masjid tersebut perlahan sedikit suara azan, bukan nak larang langsung. Dalam hal ini, berlaku salah faham kerana masalah ini diambil dan ditambah dengan pelbagai spekulasi. Cerita ini sepatutnya tidak mencetuskan perdebatan yang tidak perlu. Kita perlu lebih berhati-hati dalam memahami isu-isu sensitif seperti ini dan tidak cepat menuduh tanpa mengetahui cerita sebenar.