Kisah Ibu Imam Syafie sebagai Ibu Tunggal

Kisah Ibu Imam Syafie sebagai Ibu Tunggal

Play Video

Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, sila rujuk video asal untuk semakan.

Kisah Ibu Imam Syafie sebagai Ibu Tunggal

Perempuan single parent di masa lalu telah berhasil menjadi anak Imam Syafi’i. Ia bahkan menggendong anaknya dari Palestina ke Makkah agar bisa belajar. Anak itu digendong sambil mendengarkan toa dihalaka agama hingga menjadi imam besar.

Ketika beliau kemudian pergi ke Irak, ibunya berkata, “Jangan pulang, kita akan bertemu di akhirat. Jangan pulang supaya kamu bisa belajar dengan baik.” Tiba-tiba, orang-orang dari Irak datang ke Makkah dan bercerita tentang Imam Syafi’i. Ketika ibunya mendengar, ia penasaran dan bertanya, “Itu ulama besar dari Irak siapa?”

Orang Irak itu menjawab, “Syafi’i adalah orang Makkah yang masih muda dan datang ke kami.” Ibunya pun berkata, “Dia anak saya.” Ia pun memberitahu Syafi’i, “Pulanglah ke sini, Ibu sudah kangen.” Tetapi Syafi’i menjawab, “Nanti karena saya datang bawa ilmu.” Para ulama di Irak merasa senang, dan akhirnya Syafi’i diizinkan untuk pulang.

Imam Syafi’i pun kembali ke Makkah dan dibekali oleh para ulama dengan makanan dan unta. Di perbatasan Makkah, beliau memberitahu ibunya melalui santri, “Ini sunnah, jika mau bertamu, kasih kabar, jangan datang diam-diam.” Ketika santri tiba di rumah ibunya dan mengetuk pintu, ia bertanya, “Saya santrinya Imam Syafi’i. Ada apa?”

Santri itu menjawab, “Beliau pulang.” Ibu Syafi’i terkejut dan bertanya, “Masya Allah, bawa apa Syafi’i ke sini?” Santri itu menjawab, “Bawa unta dan makanan banyak.” Namun, Syafi’i mengatakan kepada santrinya, “Katakan pada ibu saya, saya tidak butuh itu semua, kembali saja.”

Santri itu pun bingung dan kembali kepada Imam Syafi’i. Setibanya, Imam berkata, “Apa yang kamu katakan kepada ibu?” Santri itu menjawab, “Saya bilang saya membawa unta dan makanan.” Syafi’i merasa bingung, dan akhirnya dia membagikan semua unta dan makanan kepada penduduk Makkah. Hanya satu kitab saja yang dibawanya.

Santri yang lain diutus lagi untuk menyampaikan pesan. Ketika santri berikutnya datang, ia bertanya, “Siapa kamu?” “Saya murid Syafi’i yang sebelumnya,” jawab santri itu. Ibu Syafi’i pun bertanya, “Apa yang dibawa oleh dia?” Santri itu menjawab, “Syafi’i datang membawa kitab, unta tidak ada, semua sudah dibagikan.”

Ibu Syafi’i sangat merindukan anaknya, yang berjuang sendirian. Ia melahirkan seorang anak yang luar biasa, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, yang merupakan muridnya Imam Syafi’i. Ia adalah single parent yang setiap malam memasakkan air untuk ibunya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Setelah salat malam, ia menyiapkan air di halaman untuk dibutuhkan pada waktu Subuh.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal tumbuh dewasa dan berhasil menghafal satu juta hadis. Ayahnya meninggal, tetapi ibunya berikhtiar dengan kuat untuk mendidiknya.

Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!

0 Komen.
Komen Anda.