Jika Tidak Ada Contoh dari Nabi, Berarti Bid’ah?

Jika Tidak Ada Contoh dari Nabi, Berarti Bid’ah?

Play Video

Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, sila rujuk video asal untuk semakan.

Jika Tidak Ada Contoh dari Nabi, Berarti Bid'ah?

Alhamdulillahirobbilalamin. Sekarang mari kita bahas beberapa kaidah. Kita perlu memahami bahwa jika suatu hal tidak ada contohnya dari Nabi, maka itu bisa dianggap sebagai bid’ah. Namun, penting juga untuk diingat bahwa tidak semua yang tidak ada contoh itu langsung divonis bid’ah. Ada kaidah yang harus kita gali.

Pertama, jika ada dalil yang mendasarinya, maka kita perlu melihat contoh dan memahami posisinya. Misalnya, makan daging memang tidak ada contoh spesifik dari Nabi, begitu juga zakat yang menggunakan beras yang juga tidak dicontohkan. Namun, zakat yang dicontohkan adalah menggunakan kurma dan gandum. Jadi, apakah zakat menggunakan beras bisa dianggap bid’ah? Belum tentu, karena kita harus mendalami dalil dan kaidah yang ada.

Selanjutnya, dalam mempelajari ilmu, harus ada dasar yang jelas. Misalnya, jika kita membahas antara tauhid, akhlak, fiqih, dan tasawuf, kita tidak bisa menggunakan hukum tauhid untuk menilai fiqih. Hukum akidah bersifat hitam-putih, sementara fiqih mengandung pilihan. Dalam fiqih, ada kategori hukum seperti halal, mubah, makruh, haram, sunah, dan wajib. Ketika sesuatu menjadi mubah, makruh, atau haram bergantung pada kondisi dan hukum yang ada, yang disebut dengan ilat.

Penting untuk memahami bahwa tauhid diajarkan sebelum hijrah, sedangkan fiqih diajarkan setelahnya. Ketika seseorang masih dalam tahap awal belajar tauhid, mereka tentu belum memahami hukum-hukum fiqih dengan baik. Ini yang membuat seseorang bisa salah dalam menghubungkan keduanya.

Oleh sebab itu, saya sarankan untuk menjauhi sikap fanatisme yang berlebihan dalam menjalani kehidupan beragama. Kita perlu belajar dengan baik dan tetap mendoakan satu sama lain. Dalam bergaul, saya tidak mengajarkan untuk mencela orang lain, meskipun ada yang mencela saya. Kita harus memaafkan, karena mungkin mereka belum tahu.

Kita juga harus sadar bahwa Allah dan para rasul-Nya sering dicela oleh orang kafir. Kita bukanlah Tuhan atau nabi, jadi mengapa kita tidak boleh dicela? Tidak apa-apa menerima perbedaan. Meskipun kita tidak sepakat, jangan sampai perbedaan tersebut menghalangi kita untuk berkumpul dan bersilaturahmi, misalnya, minum teh bersama. Mari kita catat hal ini dan ingat untuk saling menghargai.

Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!

0 Komen.
Komen Anda.