Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, sila rujuk video asal untuk semakan.
Jangan Anggap Diri Suci! Teguran Keras tentang Kesombongan
Hamba Allah Tweet
Tidak ada yang sempurna. Jangan menganggap diri kita suci, karena di dalam diri kita terdapat nafsu. Siapakah sahabat Nabi yang dijamin masuk surga tanpa hisab? Apakah mereka tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya? Mereka tidak termasuk dalam golongan ahli maksiat.
Saya sering mengatakan bahwa Allah lebih mencintai pelaku maksiat yang bertaubat dibandingkan orang saleh yang tidak pernah merasa salah. Kita ini manusia, dan tidak ada yang sempurna. Pasti kita pernah melakukan kesalahan.
Kisah Nabi Adam adalah contoh yang menunjukkan hal ini. Ketika Nabi Adam berbuat salah, Allah mengirimkan kalimat tobat seperti yang tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 37. Ini menegaskan bahwa kita sebagai manusia mungkin melakukan kesalahan karena nafsu yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, Allah menurunkan bimbingan dalam Al-Quran, Surah 7 ayat 23.
Mungkin ada yang menganggap diri mereka suci, tetapi kita semua memiliki nafsu dan bisa saja berbuat salah. Hanya malaikat yang sempurna dan tidak pernah salah. Jika ada yang menginginkan pasangan yang sempurna, maka nikahlah dengan malaikat. Namun, tidak ada malaikat Izrail yang tinggal di antara kita, bukan?
Kita ini manusia, dan manusia pasti pernah salah. Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali dan berbuat baik. Dengan itu, kita bisa masuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa, bahkan mungkin masuk surga tanpa hisab. Namun, tidak cukup hanya dengan mengucapkan “Amin” saja.
Mari kita tanyakan siapa sahabat Nabi yang dijamin surga tanpa hisab? Apakah mereka juga tidak pernah salah selama hidupnya? Umar bin Khattab, sebelum berislam, memiliki banyak kekurangan. Namun, setelah masuk Islam, segala kesalahannya menjadi hikmah. Begitulah seharusnya, jika kita benar-benar bertaubat, kesalahan kita dapat menjadi hikmah dan bahkan bahan dakwah.
Sebaliknya, jika kita tidak pernah bertaubat, kesalahan kita akan menjadi aib dan bisa menjadi cacian ketika kita kembali kepada Allah. Pada akhirnya, semua orang diberi kesempatan untuk menjadi takwa. Jika ada yang tidak masuk dalam golongan tersebut, maka bukan Allah yang salah, melainkan dirinya sendiri yang tidak ingin mengambil kesempatan itu.
Misalnya, masjid menyediakan makanan untuk jamaah. Jika makanan sudah dibagikan dan setiap orang mendapatkan jatahnya, tetapi ada yang pergi dan pingsan karena lapar, siapa yang salah? Apakah masjidnya atau orang tersebut? Sudah ada jatah yang dibagikan, tetapi dia tidak mengambilnya.
Oleh karena itu, jika Anda melakukan kesalahan, jangan salahkan Allah. Ingatlah bahwa Allah memberikan kita kesempatan; kita sendiri yang memilih untuk tidak mengambilnya.
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!