Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, sila rujuk video asal untuk semakan.
Hormati Ulama di Kampung
Hamba Allah Tweet
Suatu ketika, saya menghadiri pengajian di sebuah tempat yang sudah lama tidak saya kunjungi. Saya disambut seolah-olah tidak ada yang mengenali saya. Akhirnya, setelah itu, saya dibawa ke belakang panggung, rumahnya agak jauh. Biasanya, jika sudah tiba acara, panitia akan segera memulai. Namun, tiba-tiba mereka bilang, “Uya, tunggu kyainya.”
Saya bertanya, “Kyai mana?” Lalu, alhamdulillah, saya merasa bangga karena satu kampung masih menghormati kyainya. Tidak lama setelah itu, saya duduk dan diberi kacang rebus di hadapan saya. Saya berkata, “Jangan kirim kacang rebus, nanti saya bisa sakit perut.” Saya memang suka kacang rebus, tetapi jangan sampai mengalami masalah karena itu.
Kemudian, saya melihat Jamil. Tiba-tiba, kok Imam Buya naik ke panggung. “Buya mana ustadnya?” saya berpikir. Subhanallah, ustadnya datang tetapi tidak disambut atau dikenalkan kepada kami. Tanpa berlama-lama, saya naik ke panggung dan mulai ceramah.
Saya berkata, “Tidak akan beruntung kalian semua, para jamaah, jika tidak menghormati ustad yang hanya kita temui seumur hidup sekali. Ingat, ustad yang setiap hari repot denganmu adalah orang yang harus kau hormati. Tidak ada yang akan mengurus bapakmu yang sudah mati, juga tidak ada yang akan mengurus ibumu yang sakit, kecuali dia. Kenapa kau tidak menghormatinya? Umat yang seperti ini tidak akan beruntung.”
Saya merasakan kegelisahan, mungkin karena kebanggaan kepada Uya yang terlihat di TV atau di YouTube. Banyak yang tidak menyadari bahwa penghormatan kepada kyai kampung sangat penting. Mereka adalah yang mengajari wudhu dan salat. Namun, sering kali orang-orang lebih kagum kepada ustad yang terkenal.
Saya ingin menekankan pentingnya menghargai kyai kampung. Kadang-kadang, kyai yang terkenal justru tidak memerlukan amplop dari kita. Kyai kampung, di sisi lain, sangat dihargai dalam masyarakatnya. Ini yang menyebabkan saya mengingatkan tentang bagaimana kekaguman kita terhadap tokoh bisa merusak iman. Wali-wali yang sebenarnya banyak yang tersembunyi, bukan selalu yang masyhur.
Kita harus kembali menghargai kyai kampung kita. Jika mengadakan pengajian, jangan membuatnya terasa hitung-hitungan dengan ustad terkenal. Jika jamaah Anda bisa menghormati kyai kampung, maka Anda telah sukses. Ingat, niat yang benar adalah kunci. Jangan sampai niat kita menjadi salah hanya karena melihat seorang tokoh di TV atau di media sosial.
Mungkin ada hubungannya dengan rombongan dari Bandung yang datang ke sini. Saya ingin mengingatkan, niat Anda harus benar. Banyak orang-orang istimewa di kampung yang sebenarnya menjadi ahli langit, meskipun mereka tidak dikenal oleh orang banyak.
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!