Sekiranya ada kesilapan pada transkrip, anda boleh rujuk video ini untuk semakan.
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!
Kajian Tematik oleh: Dr. Firanda Andirja
https://www.youtube.com/watch?v=yQzNZoB7fEU
Ditranskrip dan Diolah oleh: Mohammad Saiful bin Abdul Samat
Sarjana Pendidikan (Pendidikan Islam), Universiti Kebangsaan Malaysia
Guru Pendidikan Islam, SMK Kota Samarahan
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له تعظيماً لشأنه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله دائماً برضوانه. اللهم صلِّ عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah SWT, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu kajian yang berkaitan dengan al-Iman, iaitu al-Iman bil Yaumil Akhir—Beriman kepada hari akhirat. Banyak hal yang harus kita imani dalam perjalanan di akhirat, di antaranya adalah beriman akan adanya neraka Jahannam.
Sebagaimana kita ketahui, banyak dalil yang menunjukkan betapa dasyatnya azab yang akan dirasakan oleh penghuni neraka Jahannam, baik dari apinya, makanannya, minumannya, pakaiannya, dan berbagai macam siksaan.
Di antara siksaan-siksaan yang Allah berikan kepada penghuni neraka Jahannam, bukan hanya siksaan fisik, tetapi juga siksaan mental, di mana mereka dipermalukan, dipertemukan antara yang menyembah dan yang disembah, serta dipertemukan antara pengikut dan yang diikuti. Terjadi perdebatan di antara mereka, pertengkaran yang hanya menambah penderitaan mereka.
Oleh karenanya, di neraka Jahannam muncullah penyesalan yang panjang, yang diungkapkan oleh para penghuni neraka Jahannam, namun tiada faedah dari penyesalan tersebut.
Makanya Allah SWT menamakan hari akhirat di antaranya sebagai Yaumal Hasrah—hari penyesalan.
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Berilah peringatan kepada mereka tentang hari penyesalan (Maryam 39). Kenapa disebut dengan hari penyesalan? Karena begitu banyaknya penyesalan yang diungkapkan oleh para penghuni neraka Jahannam.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah SWT, adapun bentuk pertengkaran mereka boleh kita klasifikasikan menjadi sekitar tujuh bentuk pertengkaran berdasarkan urutan ayat-ayat yang datang dalam Al-Quran.
Ini adalah tujuh model pertengkaran penghuni neraka Jahannam yang akan kita sampaikan, Insya Allah, pada kesempatan kali ini satu demi satu.
Insya Allah ta’ala, saya akan bacakan dari pertengkaran model pertama yang Allah sebutkan dalam surah Al-Baqarah, iaitu di mana antara yang satu dengan yang lainnya, antara pengikut dan yang diikuti, saling berlepas diri.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 166-167:
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
Kata Allah SWT, “Itu yang diikuti )pemimpin( berlepas diri dari pengikutnya dan mereka semua melihat azab di hadapan mereka dan terputus segala hubungan di antara mereka. Maka berkatalah para pengikut, ‘Seandainya kami punya kesempatan untuk kembali ke dunia, maka kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana sekarang mereka berlepas diri dari kami di neraka Jahannam.’ Demikianlah Allah tampakkan kepada mereka amal perbuatan mereka dan akibat amal perbuatan mereka sebagai bentuk penyesalan mereka dan mereka tidak akan keluar dari neraka Jahannam.” (al-Baqarah 166-167)
Ini adalah di antara salah satu bentuk pertengkaran dan pertikaian yang terjadi di antara penghuni neraka Jahannam, di mana mereka saling berlepas diri. Allah mempertemukan antara pengikut dengan yang diikuti menuju neraka Jahannam dan mereka sama-sama melihat azab. Ketika mereka melihat azab, seluruh hubungan di antara mereka terputus. Dahulunya, ketika di dunia, mereka saling dekat, berjalan bersama, sama-sama melakukan kesyirikan, sama-sama melakukan kemaksiatan, dan saling mencintai satu sama lain. Namun, seluruh hubungan tersebut terputus.
Kata Allah SWT,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Para kekasih, para sahabat pada hari tersebut, iaitu di hari kiamat kelak, akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang yang bertakwa, (az-Zukhruf 67).
Di mana jalinan persahabatan dan persaudaraan mereka akan bersambung sampai ke syurga. Adapun selain itu, yang dahulunya mereka bersahabat, berjalan bersama, bersembang bersama, syirik bersama, maksiat bersama, maka pada hari tersebut mereka saling berlepas diri.
Yang pertama kali berlepas diri adalah para pemimpin. Para pemimpin tidak mahu didekati oleh para pengikut mereka. Mereka tidak mahu, karena mereka tahu akibatnya. Mereka ingin berlepas diri agar tidak dibebankan dengan kesalahan-kesalahan para pengikut. Para pemimpin tahu bahawa dengan sebab merekalah akhirnya para pengikut tersebut tersesat. Mereka sedar mereka akan masuk neraka, dan mereka tahu itu. Tapi, dengan datangnya para pengikut yang ingin bertemu dengan mereka, hal ini boleh menambah bencana bagi mereka.
Maka, sejak awal, mereka langsung berlepas diri. Para pemimpin yang diikuti berlepas diri dari para pengikut, (al-Baqarah 166) seakan-akan tidak ada hubungan dengan mereka. Mereka berkata, Jangan dekat-dekat kami, kami tidak ada hubungan dengan kalian. (al-Baqarah 166).
Kenapa mereka bersikap demikian? Jawabannya tadi, agar mereka terlepas dari beban penyesatan. Sebab, mereka punya dosa yang harus mereka pikul, dan dosa menyesatkan para pengikut yang juga harus mereka pikul. Supaya mereka tidak dibebani dengan dosa yang bertambah-tambah, mereka berlepas diri sejak awal.
Ketika melihat hal tersebut, para pengikut sangat kecewa. Dahulu, mereka mencintai orang-orang yang diikuti, para pemimpin yang mereka harapkan boleh menolong dan membantu mereka. Namun ternyata, para pemimpin itu berlepas diri. Inilah salah satu model siksaan mental.
Sebelum mereka merasakan neraka, mereka sudah melihat azab di hadapan mereka. Mereka belum masuk, tetapi sebelum masuk sudah terjadi pertikaian, sebelum masuk sudah terjadi pertengkaran. Semakin penderitaan yang mereka rasakan bertambah sebelum mereka diazab di neraka Jahannam. Akhirnya, mereka menyesal. Mereka berkata, “Jika boleh kembali…” (al-Baqarah 167). Namun, sia-sia, tidak mungkin.
Apa yang harus mereka lakukan sementara pemimpin-pemimpin mereka berlepas diri dari mereka? Mereka terhina.
Allah SWT mengatakan demikian, Allah tampakkan bagi mereka amalan mereka, sehingga amal itu hanya sebagai bentuk penyesalan bagi mereka (al-Baqarah 167). Semua menyesal, tapi penyesalan itu tidak berguna. Kata Allah, Mereka tidak akan keluar dari neraka Jahannam (al-Baqarah 167).
Di sini, Allah mengatakan “Wa Maa Hum.” Ada dua pendapat di kalangan para ulama.
Intinya, Allah menekankan apalagi Allah menggunakan isim fail (Khaarij) yang menunjukkan istimewa. Isim fail menunjukkan istimewa, iaitu mereka tidak akan keluar dari neraka Jahannam. Dan ini adalah hal yang sangat mengerikan, ketika masuk neraka dan tidak akan keluar dari neraka Jahannam.
Sebelum saya lupa, saya ingin sampaikan bahawasanya ketika orang-orang musyrikin masuk neraka Jahannam, Allah mengejek mereka, menghina mereka.
Di antaranya, Allah berkata,
اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ ۖ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dalam surah at-Tur 16: Masuklah kalian dalam neraka Jahannam, terbakarlah kalian dalam neraka Jahannam. Kalian mahu sabar atau tidak sabar, tidak ada faedahnya. Mahu sabar, tidak sabar, maka tidak akan merubah keadaan.
Hal ini berbeza dengan kalau kita mengalami musibah, penderitaan di dunia. Orang kalau mengalami penderitaan di dunia, dia bersabar, ada faedahnya, dan ada sebab-sebab yang boleh membuat dia bersabar.
Tetapi kalau kita sudah berbicara tentang azab neraka, sia-sia. Orang-orang kafir sia-sia mereka bersabar. Mereka di dalam neraka Jahannam banyak yang disiksa. Mereka berkumpul dengan pengikut mereka, mereka dikumpulkan dengan pemimpin mereka.
Tapi apakah berkumpulnya mereka antara pemimpin dengan pengikut mengurangi azab? Apakah sama-sama diazab akan mengurangi siksaan? Boleh lebih bersabar? Tidak ada faedahnya. Justru semakin menderita mereka. Dan mereka bersabar juga sia-sia. Seandainya azab tersebut, katakanlah 1,000 tahun atau 2,000 tahun, mereka bersabar, akan ada suatu hari di mana mereka akan keluar, meskipun 1,000,000 tahun.
Tapi Allah mengatakan mereka tidak akan keluar dari neraka. Ketika Allah menghukum mereka tidak akan keluar dari neraka, maka sia-sia bersabar, sama saja bagi kalian. Kalian mahu sabar tidak sabar, tidak ada bezanya. Kata Allah SWT, tidak akan mengurangi penderitaan. Dan itulah yang mereka ungkapkan. Kata mereka,
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِن شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ
Sama saja bagi kita, kita mahu bersabar, mahu teriak-teriak, mahu meronta-ronta, tidak ada perbezaannya. Mahu sabar, mahu teriak-teriak, tidak ada jalan keluar. (Ibrahim 21)
Inilah di antara azab fisik dan azab mental, siksaan mental yang Allah berikan kepada penghuni neraka Jahannam, bahawasanya mereka tidak akan keluar. Inilah bentuk pertama pertikaian antara penghuni neraka Jahannam ketika mereka saling berlepas diri antara pemimpin dengan pengikut, sebagaimana Allah sebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 166-167.
Baik kita teruskan, di antara bentuk pertengkaran mereka, model yang kedua adalah mereka saling melaknat. Mereka saling melaknat sebagaimana Allah sebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 38-39. Kata Allah SWT kepada orang-orang yang melakukan kesyirikan, yang mereka berdoa kepada selain Allah SWT, mereka mendustakan ayat-ayat Allah SWT. Kata Allah,
قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُم مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَّعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِن لَّا تَعْلَمُونَ
وَقَالَتْ أُولَاهُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْسِبُونَ
Silakan kalian masuk ke dalam neraka Jahannam bersama umat-umat yang telah masuk neraka sebelum kalian, dari kalangan jin, dari kalangan manusia. “Finnar,” dalam neraka Jahannam (al-A’raf 38), bukan kalian saja yang masuk, sebelum kalian juga sudah ada. Silakan masuk bersama mereka, silakan sama-sama menderita bersama mereka.
Ini saya berkata sia-sia. Kebersamaan tersebut tidak mengurangi penderitaan mereka. Beza kalau di dunia, bersama-sama ya akan mengurangi penderitaan, lebih bersabar. Adapun di neraka, tidak ada faedahnya. Kata Allah, masuklah kalian ke dalam neraka Jahannam bersama umat-umat yang sudah masuk sebelum kalian. Allah berfirman, setiap kali masuk satu umat, maka dia melaknat yang lainnya (al-A’raf 38). Saling melaknat, “Celaka kalian! Kalian yang menyesatkan kami, kalian yang kurang ajar!” Pokoknya, saling melaknat di antara mereka, mendoakan keburukan, saling melemparkan tuduhan di antara mereka.
Di sini, tatkala mereka bertemu (al-A’raf 38), bertemulah antara yang terdahulu dengan yang mengikuti. Maka, berkata umat yang belakangan kepada umat yang dahulu masuk neraka, “Ya Rabb kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami ketika di dunia, maka berikanlah kepada mereka azab yang dua kali ganda dari neraka Jahannam.” (al-A’raf 38)
Apa maksud mereka? Ini umat yang datang belakangan, ketika dia masuk neraka dan mendapati orang-orang yang pernah menyesatkan mereka, maka ini kesempatan bagi dia, bagi umat yang belakangan ini, untuk melepaskan curhatan mereka. Karena terhina kepada umat yang pertama, karena mereka tersesat disebabkan karena umat yang pertama, saatnya mereka sampaikan kepada Allah.
Mereka berdoa, “Rabbana,” setelah mereka menggunakan “Ya Rabb kami,” ya Rabb kami, benar-benar mereka minta kepada Allah, “Ini orang-orang yang pertama, mereka yang telah menyesatkan kami.” Seakan-akan mereka ingin terkurangi azabnya, seakan-akan mereka ingin terkurangi azab mereka. Seakan-akan mereka mengatakan, “Ya Allah, sebab kami masuk neraka gara-gara ini, orang-orang ini. Ya Allah, kalaupun kami tidak boleh berkurang azab kami, jadikan azab mereka dua kali ganda.”
Ini permohonan yang wajar. Mereka terhina, “Gara-gara kalian kami tersesat.” Jadi, seakan-akan mereka berkata, “Ya Allah, kurangi azab kami, lemparkan kepada mereka, atau kalau tidak, azab kami tidak boleh dikurangi, mereka dikasihkan dua kali ganda.” Subhanallah, dan itu benar bahawasanya sebab kelompok pertama membuat mereka akhirnya terjebak dalam neraka Jahannam.
Apa kata Allah SWT? Rabb mereka berkata, “Kata Allah, masing-masing akan dilipatgandakan.” (al-A’raf 38) Subhanallah, ini perkara yang sangat menyedihkan bagi mereka. Mereka minta agar azab dilipatgandakan kepada pemimpin-pemimpin mereka atau yang menyesatkan mereka, ternyata kata Allah, “Likullin,” masing-masing akan dapat dua kali ganda. Kalian berdoa minta dilipatgandakan, kalian juga dapat dua kali ganda. Dua-duanya, kalian juga dapat dua kali ganda. Dan ini adalah hal yang sangat menghinakan bagi mereka. Minta dua kali ganda bagi yang lain azab, dia juga dapat dua kali ganda. Akan tetapi kalian tidak mengetahui ketika itu.
Maka, yang menyesatkan berkata kepada yang disesatkan, “Tidak ada keutamaan kalian di antara kami. Di antara kita, kita sama-sama dapat azab yang dua kali ganda. Kalian tidak lebih baik daripada kami. ” (al-A’raf 39). Seakan-akan mereka berkata, “Ya, salah kalian sendiri, kalian dulu ikut kami. Kenapa mahu ikut kami? Sekarang mahu minta kami diazab lebih dua kali ganda? Tidak, kita sama-sama dapat dua kali ganda.” Akhirnya, yang pertama mengejek yang belakangan, “Silakan rasakanlah azab atas perbuatan kalian, juga sama-sama dapat dua kali ganda.”
Pertengkaran di antara mereka. Kata para ulama, “Rasakanlah, rasalah.” Kalau bahasa kita, rasalah. Namanya rasa itu, kalau bahasa Arab dan juga bahasa Indonesia, maksudnya adalah merasai dengan lidah, apakah dengan makanan ataukah dengan minuman. Merasai, sangat parahnya azab, maka mereka menggunakan istilah “rasalah azab.”
Artinya, kalian akan merasakan azab benar-benar sampai merasuk ke dalam raga kalian, seakan-akan kalian sedang merasai makanan dan minuman. Seakan-akan, ini ejekan sebenarnya, ya ngejek, “Silakan berlazat-lazat dengan azab.” Maksudnya demikian. Namanya kita, apa namanya makanan itu, berlazat-lazat. Tapi ini bukan berlazat, tersiksa. Namun, karena siksaan tersebut benar-benar merasuk ke seluruh tubuh, seakan-akan mereka ngejek, “Silakan berlazat-lazat.” Jadi, saling mengejek di antara mereka.
Ini contoh pertengkaran di antara mereka, dan ini adalah penderitaan yang mengerikan bagi yang belakangan. Bayangkan mereka datang belakangan, ketemu dengan orang-orang yang menyesatkan mereka. Saatnya mereka melampiaskan curhat kepada Allah.
Mereka berkata, “Ya Allah, siksalah mereka dua kali ganda.” Mereka ingin agar azab mereka dikurangi atau paling tidak yang menyesatkan mereka dilipatganda oleh Allah. Ternyata, Allah kasih dua kali ganda kepada dua-duanya. Dan ini akhirnya, yang pertama mengejek mereka, “Kalian minta kami dilipatgandain azabnya, kalian rasakanlah siksaan akibat perbuatan kalian. Kalian sendiri yang salah dulu ikut kami.”
Ini contoh pertengkaran yang kedua yang Allah sebutkan dalam surah Al-A’raf.
Kita teruskan pertengkaran berikutnya dalam surah Ibrahim ayat 21-22.
Kata Allah SWT,
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِن شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلَّا أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنفُسَكُم ۖ مَّا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُم بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا
Maka mereka semua muncul di hadapan Allah SWT, semuanya, jami’an, (Ibrahim 21). Tidak ada yang tersembunyi baik pengikut mahupun yang diikuti, baik orang-orang kafir yang lemah mahupun orang-orang kafir yang kuat.
Kata Allah,
فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا
berkata orang-orang lemah kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “Kami dulu hanyalah pengikut kalian. (Ibrahim 21)
Di sini didahulukan “lakum,” kami dahulu bagi kalian pengikut. Kalau dalam bahasa Arab, seakan-akan mereka bukan pengikut yang lainnya, “Kami dahulu bagi kalian sebagai pengikut.” Artinya, “Kami hanya pengikut kalian, kami tidak mengikuti yang lainnya.”
تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِن شَيْءٍ
Apakah kalian, wahai pemimpin-pemimpin kami, bolehkah kalian menanggung sebahagian azab dari kami? (Ibrahim 21).
Para ahli tafsir ketika membahas ayat ini menyatakan bahawa orang-orang yang lemah bertemu dengan orang-orang yang sombong, pemimpin mereka. Maka mereka ingatkan, “Wahai pemimpin kami, kami dulu pengikut kalian murni, kami tidak mengikuti yang lain. Kami murni tulus mengikuti kalian. Sekarang kita sama-sama di neraka, berat kami diazab, tanggunglah sedikit azab karena kalian dulu yang kami ikuti. Tanggunglah sebahagian azab kami.”
Apakah pertanyaan ini maksudnya benar-benar permohonan atau keejekan?
Banyak ahli tafsir mengatakan ini ejekan. Seakan-akan yang lemah berkata, “Kalian ini, aduh, kalian ini menyesatkan kami. Sekarang bolehkah kalian nanggung sedikitpun? Tidak boleh kalian tanggung azab kami, sedikitpun tidak boleh.” Seakan-akan demikian maksudnya, penafian pertanyaan tersebut maksudnya istighfar ingkari. Seakan-akan mereka bertanya, “Apakah kalian boleh nanggung sedikitpun Min Syaik, maksudnya sedikit azab kami, sedikitpun kalian boleh tanggung?” Maksudnya, “Kalian ni tidak boleh menanggung sedikitpun azab yang menimpa kami.”
Apakah maksudnya pertanyaan atau maksudnya ingkari, ini maksudnya ingkari untuk penghinaan terhadap orang-orang yang diikuti, para pemimpin. “Kalian dulu mengaku akan bertanggungjawab, mengaku akan menanggung dosa-dosa kami. Nah, sekarang bolehkah kalian tanggung sedikit dari azab yang kami pikul?”
Para ulama mengatakan ini sifat ingkari pertanyaan, tapi maksudnya pengingkaran. Karena para ulama mengatakan mereka sudah paham bahawasanya masing-masing disiksa dan tidak boleh menanggung siksaan yang lain. Oleh karenanya, ketika mereka bertanya demikian, dalam rangka untuk mengejek para pemimpin mereka, “Kalian itu, maksudnya kalian benar-benar celaka.” Sambil terhina, “Kalian celaka, kurang ajar. Toh, kalian tidak boleh menanggung sedikitpun dari azab yang kami rasakan.”
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُم بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُم مِّن شَيْءٍ ۖ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dahulu, kalian tatkala di dunia, kalian sombong, kami akan tanggung dosa-dosa kalian (al-Ankabut 12). Kalian berkata demikian, sekarang kenyataannya sedikitpun kalian tidak boleh tanggung.
Apa jawaban mereka, orang-orang sombong?
قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ
“Kalau Allah beri petunjuk kepada kami, kami akan beri petunjuk kepada kalian. Tapi kita sama-sama tidak boleh, sama-sama di neraka (Ibrahim 21). Apa yang boleh kami tanggung dari kalian?
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ
Kita sama saja. Kita mahu meronta-ronta, mahu teriak-teriak, atau mahu sabar di neraka, Ma Lana Min Mahis tidak ada jalan keluar (Ibrahim 21). Sedikitpun tidak ada. Dikurangi azab, sedikitpun tidak ada, istirahat satu detik pun tidak ada.
Ma Lana Min Mahis, datang dalam nakiroh ditambah dengan min sebelumnya untuk Takqid dan juga Taqlil, tidak ada sedikitpun jalan untuk keluar. Tidak ada, tidak ada sedikitpun jalan untuk terkurangi azab kita. Tidak ada, tidak ada sedikitpun jalan untuk memikul azab. Tidak ada, semua jalan buntu. Dan tadi, kita mahu teriak-teriak, kalian mahu maki-maki kami, mahu hina-hina kami, atau kita diam saja. Sobarna, ya sudahlah, kita pasrah. Tidak ada faedahnya.
Ini siksaan batin yang luar biasa bagi penghuni neraka Jahannam. Mahu apa lagi? Mahu menyalahkan kita, apa faedahnya? Tidak ada faedah, tidak ada, tidak merubah keadaan. Mahu menyalahkan kita, tidak merubah keadaan. Mahu hina-hina kita, tidak merubah keadaan. Kita meronta-ronta, mahu sabar, tidak ada jalan keluar, sedikitpun tidak ada.
Disebutkan oleh para ahli tafsir, ketika mereka sama sekali tidak boleh faedah pertengkaran mereka, mulailah mereka mengadu kepada syaitan.
Syaitan ketika itu hadir, iblis dari kalangan mereka. Allah berfirman,
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلَّا أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنفُسَكُم ۖ مَّا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُم بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ
Tatkala telah diputuskan perkara, semua dimasukkan dalam neraka. Yang masuk syurga, masuk syurga. Yang masuk neraka, masuk neraka. Syaitan berkata (Ibrahim 22).
Disebutkan syaitan berkhutbah di atas mimbar yang terbuat dari api. Syaitan malah buat terhina mereka ketika mereka mengadu kepada syaitan, “Ya syaitan, gara-gara kamu ini, gini.”
Syaitan mengatakan,
إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, bahawa adapun aku, janji kalian, aku hanya menyelisihi janjiku. Tidak ada yang benar (Ibrahim 22).
وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ
Ingat, wahai kalian manusia penghuni neraka Jahannam, aku tidak punya sedikitpun kekuatan untuk menggeret kalian (Ibrahim 22).
Ini kedustaan dari syaitan, bohong. Syaitan memang tidak punya kekuatan, tidak pernah dorong-dorong, tapi bercakap tiap hari, tapi membisik tiap hari. Membisik di manapun seorang, apalagi tatkala dia bersendirian, dibisik oleh syaitan, dibuat syubhat, dibuat syahwat.
Namun dia berkata apa? Syaitan berlepas diri, “Allah yang benar, saya yang keliru.” Senang syaitan bercakap begitu.
إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلَّا أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي
Allah telah menjanjikan kebenaran, dan aku menipu kalian. Aku tidak punya kekuatan untuk memaksa kalian. Aku hanya nyuruh kalian, hanya dakwahi kalian, kalian langsung mengikuti, menyambut ajakanku (Ibrahim 22).
Di sini, kata para ulama, syaitan menggunakan “fa” yang menunjukkan langsung, Kata Iblis “Aku dakwahi kalian, kalian langsung menyambut. Itu saja yang aku lakukan. Tidak ada aku dorong kalian, tidak ada aku tarik kalian, tidak ada aku belenggu kalian, kemudian bawa ke diskotik. Tidak ada. Aku belenggu kalian, bawa ke tempat kesyirikan, tidak ada. Aku cuma bisik-bisik, kalian langsung ikut. Memang kalian kurang ajar sendiri, memang kalian sesuai dengan syahwat kalian. Memang kalian buktinya, saya bercakap sedikit kalian ikut.” Jadi, syaitan melepas diri.
Benar syaitan dalam hal ini. Dia benar bahawa dia tidak pernah ambil rantai dan membawa manusia ke dalam kesyirikan. Tidak ada kekuatan bagiku, kata syaitan. Kekuatan bisik-bisik itu kekuatan besar. Aku cuba menyeru kalian, hanya itu kekuatanku, menyeru kalian dengan bisik-bisik. Kalian ternyata langsung menyambut, berarti kalian yang bermasalah, memang jiwa kalian rosak. Yang bermasalah, buktinya kalian langsung menyambut seruanku.
فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنفُسَكُم
Jangan salahkan aku dan salahkan diri kalian sendiri (Ibrahim 22).
Seakan-akan syaitan mengatakan, masih banyak orang yang tidak terpedaya. Kalian saja yang terpedaya, kalian yang salah.
مَّا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُم بِمُصْرِخِيَّ
Aku tidak boleh menolong kalian sedikitpun, menanggung azab kalian sedikitpun tidak. Kalian pun tidak boleh menolongku (Ibrahim 22).
Syaitan berkata seakan-akan dia berkata, “Bagaimana saya menolong kalian? Wah, aku saja perlu pertolongan dan tidak ada yang boleh menolongku. Bagaimana aku menolong kalian, sementara aku sendiri perlu pertolongan dan tidak ada yang boleh menolongku?”
إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ
Aku berlepas diri dari kesyirikan yang kalian lakukan (Ibrahim 22).
إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Ini perkataan syaitan. Sesungguhnya orang-orang zalim bagi mereka azab yang pedih (Ibrahim 22).
Sudahlah, kita sama-sama zalim, sama-sama musyrikin. Jangan saling menyalahkan satu dengan yang lainnya. Sudah masuk neraka, dan ini adalah hal yang sangat menyesakkan dada mereka, azab selain azab fisik. Azab mental mereka sudah, saling bertengkar, bertemu dengan syaitan-syaitan yang berlepas diri, dan ini adalah azab di antara mereka. Ini dibentuk pertengkaran di antara yang lemah dengan yang kuat, pertengkaran antara lemah dan kuat yang bergabung dengan syaitan, saling bertengkar di antara mereka dan tidak merubah keadaan sama sekali. Sama-sama zalim, silakan masuk neraka jahanam.
Baik, di antara bentuk pertengkaran yang Allah sebutkan dalam surah Saba. Dalam surah Saba ayat 31-33, kata Allah SWT, jadi ini saling, apa namanya, saling menuduh di antara mereka, saling menyalahkan. Kalau yang pertama tadi berlepas diri dalam surah Al-Baqarah, dalam surah Al-A’raf, saling melaknat-laknat. Yang ketiga, saling salah-menyalahkan antara mereka dengan syaitan. Yang keempat, mereka saling menuduh. Ini dalam surah Saba ayat 31-33.
Allah berfirman, dan berkata orang-orang kafir,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَن نُّؤْمِنَ بِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَلَا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِندَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ
Kami tidak akan beriman dengan Quran ini, dan juga kami tidak akan beriman dengan apa yang ada di hadapan Quran (as-Saba’ 31).
Ada yang mengatakan, “Kami tidak beriman dengan Al-Quran, kami tidak akan beriman dengan kitab-kitab suci sebelumnya.” Ini sudah pernah saya jelaskan dalam tafsir surah Saba. Saya tidak akan ulangi lagi. Atau mereka berkata, “Kami tidak akan beriman dengan khabar-khabar yang Al-Quran sebutkan tentang hari kiamat, tentang syurga dan neraka. Kami tidak akan beriman.” Mereka menggunakan kata “Lan”, kami tidak akan beriman, menunjukkan kerasnya mereka.
Allah berkata apa?
وَلَوْ تَرَىٰ
“Wa Lau Tara” Seandainya kau lihat wahai pembaca Al-Quran (as-Saba’ 31). Allah tidak sebutkan apa yang kau lihat, menunjukkan kedasyatan kengerian.
Bila kengerian kedasyatan kau boleh lihat? Tatkala orang-orang zalim itu, yakni orang musyrikin. Kebanyakan zalim disebutkan dalam Al-Quran maksudnya musyrik. Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar.
إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِندَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ
Tatkala orang-orang zalim tersebut diberhentikan di hadapan Rabb mereka untuk dihisab, untuk diminta pertanggungjawaban, kata Allah, Mereka saling debat di antara mereka (as-Saba’ 31).
Mereka saling melempar perkataan satu dengan yang lainnya, saling debat. Apa perdebatan mereka? Allah sebutkan,
يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا
Berkatalah orang-orang yang dianggap lemah, orang rendahan, kepada orang-orang yang menyombongkan diri (as-Saba’ 31).
Allah menggunakan kata “Ustudh’ifu” iaitu yang dianggap mereka. Mereka memang orang-orang lemah, orang-orang bodoh, orang-orang miskin yang mengikuti orang-orang yang menganggap diri mereka besar, padahal mereka tidak besar. Allah tidak mengatakan orang yang besar tetapi orang yang dianggap rendah. Mereka rendah di hadapan Allah. Sama-sama rendah. Kata mereka, gara-gara kalian wahai para pemimpin, orang-orang pembesar, orang-orang kaya.
لَوْلَا أَنتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ
Kalau bukan gara-gara kalian, kami dulu sudah beriman di dunia (as-Saba’ 31).
Jadi, mereka mulai, mereka ucapkan ini di hadapan Allah. Jadi, Allah pertemukan mereka. Kata para ulama, mereka melepaskan semua sebab kepada para pembesar dengan harapan siapa tahu, siapa tahu azab mereka dikurangi. Apa kata orang-orang yang sombong?
قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا
Berkata orang-orang yang sombong kepada orang-orang yang lemah (as-Saba’ 32).
Jadi, yang lemah menyalahkan yang pembesar. “Kalian, gara-gara kalian, kami akhirnya tidak beriman. Seandainya kalian dulu tidak ada, kami beriman.”
Apa kata para pembesar?
أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَىٰ بَعْدَ إِذْ جَاءَكُم ۖ
Apakah kami pernah menghalangi kalian dari jalan kebenaran? (as-Saba’ 32).
Dan ini kedustaan. Benar bagaimana mereka menghalangi, tapi mereka berlepas diri, tidak mahu beban kesalahan mereka dipikulkan kepada mereka, tidak mahu di hadapan Allah. Jadi, mereka membantah.
Bahkan, disebutkan oleh para ulama, begitu orang-orang yang lemah mengatakan, “Gara-gara kalian kami kafir, kalau bukan seandainya kalian tidak ada kami pasti beriman,” belum mereka meteruskan pernyataan, terus orang-orang yang sombong memotong perkataan mereka. terus potong sebelum diteruskan karena mereka takut. Sekarang perdebatan di hadapan Allah boleh jadi akibat perdebatan ini, azab mereka ditambah.
Jadi, baru orang-orang lemah berbicara sedikit, mereka berkata, “Gara-gara kalian, kalau bukan karena kalian, kami dulu mungkin sudah beriman.” Mereka yang sombong terus memotong, “Eh, memang kami pernah halangi kalian dari kebenaran?
بَلْ كُنتُم مُّجْرِمِينَ
Kalian sendiri yang rosak (as-Saba’ 32). Kalian memang rosak diri kalian. Ya, kalian yang rosak.
وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا
Maka Allah di sini menggunakan huruf “waw”. Kalau tadi ketika orang-orang yang sombong berbicara tidak menggunakan “waw” menunjukkan mereka memotong pembicaraan.
Ketika didebat oleh orang-orang pembesar. Orang-orang miskin berfikir, makanya Allah menggunakan “Wa Qala”. Mereka yang miskin ingin membantah lagi (as-Saba’ 33). Apa kata mereka?
بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا
Benar, kalian tidak menghalangi kami, tapi bagaimana kalian tidak menghalangi kami sementara kalian siang dan malam buat perancangan, penipuan (as-Saba’ 33). Kami terpedaya, seakan-akan kami tidak boleh berbuat apa-apa, terus mengikut.
Perhatikan di sini, dahulu mereka ketika di dunia yang lemah tidak berani bercakap kepada yang pembesar. Pembesar ini mereka di bawah tunduk, takut, hanya mengikuti, terpedaya, tertipu. Tiap hari didoktrin sama pembesar-pembesar.
Namun, ketika di hadapan Allah, mereka berani bercakap. Yang dulunya di dunia mereka takut, sekarang berani bercakap. Kenapa? Siapa tahu mereka selamat. Mereka menegakkan hujjah di hadapan Allah, “Bahawasanya kami hanya korban Ya Allah, mereka itu sebab-sebabnya, kami hanya korban.”
Apa kata pembesar? “Tidak Ya Allah, mereka memang kurang ajar, Ya Allah. Bagaimana mereka menjadi korban? Kami tidak pernah menghalangi mereka berbuat hak.” Kata yang lemah, “Bagaimana tidak pernah menghalangi? Siang dan malam buat perancagan, menipu kami. Kami terberdaya, kami mengikuti kalian, menipu siang dan malam.” Namun semua ini tidak merubah keadaan.
أَن نَّكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَندَادًا
Kalian menipu kami siang dan malam Supaya kami mengkafirkan Allah dan menjadikan bagi Allah itu tandingan-tandingan bagi Allah (as-Saba’ 33).
Apa kata Allah setelah itu?
وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ
Setiap mereka menyembunyikan penyesalan mereka masing-masing ketikamana mereka melihat azab Allah (as-Saba’ 33).
Ketika mereka saling melemparkan tuduhan-tuduhan di hadapan khalayak, ketika itu mereka menyembunyikan penyesalan kerana mereka malu. Semakin di hadapan khalayak sebenarnya mereka terhina, sakit, dendam, tapi mereka sembunyikan. Dan ini adalah tambahan siksaan. Tambahan siksaan ketika dendam tersimpan, mahu diungkapkan, malu, siksaan tersendiri. Siksaan di antara siksaan mental yang Allah berikan kepada mereka tatkala mereka melihat azab, penyesalan luar biasa namun mereka sembunyikan.
وَجَعَلْنَا الْأَغْلَالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا
Lalu Allah jadikan belenggu-belenggu di leher-leher orang-orang yang kafir ini (as-Saba’ 33).
Lihat bagaimana pertengkaran mereka di hadapan Allah SWT dan tidak merubah keadaan. Sama-sama dimasukkan dalam neraka jahanam.
Yang berikutnya Allah sebutkan dalam surah as-Saffaat. Juga pertengkaran di antara mereka. Kata Allah,
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
Kumpulkanlah orang yang zalim yakni musyirikin dan yang sejawat dengan mereka (as-Saffaat 22).
Jadi, pelaku maksiat dikumpulkan dengan sejawatnya. Mungkin beragama ini dengan beragama ini, mungkin pelaku riba dengan pelaku riba. Masing-masing dikumpulkan dengan sejawat mereka.
وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
Juga kumpulkan dengan apa yang mereka sembah (as-Saffaat 22).
مِن دُونِ اللَّهِ
Yang mereka sembah selain Allah (as-Saffaat 23).
Kemudian kata Allah,
فَاهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْجَحِيمِ
Tunjukkanlah mereka kepada jalan neraka jahanam (as-Saffaat 23). Diheret mereka semuanya, didorong menuju neraka jahanam. Allah menggunakan kata “fahduhum,” berilah hidayah kepada mereka menuju jalan neraka.
Kata sebahagian ulama, bahawasanya namanya hidayah itu sebenarnya jalan kebaikan, tapi kenapa Allah menggunakan istilah hidayah kepada jalan keburukan, bahkan jalan kepada neraka jahanam? Kata sebahagian ulama, karena ini sebagai bentuk ejekan kepada mereka. “Kalian selama di dunia diberi hidayah tidak mahu, mahu diberi hidayah. Para rasul datang, para ulama, para da’i, al-Qur’an beri dan ajak hidayah pada jalan kebenaran, kalian tidak mahu. Nah, sekarang nih, ambil hidayah menuju neraka jahanam. Nih sekarang ikut hidayah menuju neraka jahanam,” sebagai bentuk ejekan mereka.
Maka dengan terpaksa, dengan penuh ketakutan, mereka digeret ke neraka jahanam. Belum sampai ke neraka, Allah berkata,
وَقِفُوهُمْ ۖ
“Waqifuuhum”, tunggu dulu, berhentikan mereka dulu (as-Saffaat 24). Sebelum masuk neraka.
إِنَّهُم مَّسْئُولُونَ
Mereka akan ditanya (as-Saffaat 24) oleh Allah SWT. Maka Allah bertanya kepada mereka,
مَا لَكُمْ لَا تَنَاصَرُونَ
Kenapa kalian tidak saling menolong? (as-Saffaat 25)
Bukankah di dunia kalian dulu saling bahu-membahu, saling dukung-mendukung, saling mengumpulkan dana untuk menyebarkan kesyirikan, untuk memurtadkan orang-orang yang beriman, untuk menyebarkan syubhat, untuk menyebarkan syahwat? Kalian kan dulu saling bahu-membahu, saling tolong-menolong. Kenapa sekarang diam-diam aja? Kalian teman semua, satu geng semua, model ini dikumpulkan. Kenapa sekarang kalian tidak saling menolong?” Mereka tidak boleh jawab. Sia-sia.
بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ
Pada hari tersebut, mereka semua pasrah (as-Saffaat 26).
Sia-sia, tidak boleh tolong-menolong. Di depan mereka sudah neraka. Akhirnya, apa yang terjadi?
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ
Maka di antara mereka saling berhadap-hadapan. Maka mulailah mereka saling bertanya di antara mereka, saling menyalahkan, pertengkaran di antara mereka (as-Saffaat 27).
قَالُوا إِنَّكُمْ كُنتُمْ تَأْتُونَنَا عَنِ الْيَمِينِ
Kalian dulu yang menyesatkan kami. Kalian datang dari arah kanan kami (as-Saffaat 28).
Apa maksudnya kalian datang dari arah kanan kami? Ada dua tafsiran. Tafsiran pertama, maksudnya kalian datang dengan kekuatan untuk menyesatkan kami dengan berbagai macam kaedah, metode, agar kami tersesat. “Kami bagaimana tidak tersesat? Kalian datang dengan kekuatan. “Yamin”, tangan kanan menunjukkan kekuatan.” Ini tafsiran pertama. Artinya, dia sebahagian mereka berkata, “Kalian memang dulu di dunia benar-benar menggoda kami dengan kekuatan yang luar biasa sehingga kami terjebak.”
Lihat, Allah suruh mereka saling tolong-menolong. “Kenapa kalian tidak tolong-menolong?” Karena mereka tahu tidak ada manfaatnya. Mereka malah bertengkar dengan harapan pertengkaran mereka tersebut boleh mengurangi azab mereka, dipikulkan oleh yang lain atau mereka diberi uzur oleh Allah. Akhirnya, yang merasa dijebak menyalahkan yang menjebak, “Kalian dulu datang dengan kekuatan, menggeret kami menuju kekufuran.”
Ada yang mengatakan “anil yamin” maksudnya kami ini dulu mahu jalan kebaikan, kalian menghalang. Karena yamin ini, tafsiran ke-2, ibarat daripada kebaikan, setiap kali kami mahu belajar, setiap kali kami mahu beriman, setiap kali kami mahu menelaah Al-Qur’an, kalian halangi terus. Gimana kami mahu beriman gara-gara kalian.
Yang disalahkan membantah,
قَالُوا بَل لَّمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Tidak, kalian memang dari awal tidak beriman (as-Saffaat 29).
Kalian dari awal memang tidak beriman.
وَمَا كَانَ لَنَا عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ ۖ بَلْ كُنتُمْ قَوْمًا طَاغِينَ
Kami tidak punya kekuatan untuk menyesatkan kalian. Kalian memang sudah melampaui batas sejak awal (as-Saffaat 30).
Artinya, terus disambut. Kami bercakap sedikit, kalian ikut. Memang dasarnya kalian rosak sejak awal. Kami tidak pernah mengheret kalian, kami tidak pernah merantai kalian. Kami cuma menyampaikan, sama seperti perkataan iblis, “Kalian memang sejak awal sudah melampaui batas, memang rosak sejak awal.”
فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَا ۖ
Maka benarlah perkataan Rabb kita kepada kita semua (as-Saffaat 31). Sudah, sama kita tidak perlu saling menyalahkan.
إِنَّا لَذَائِقُونَ
Kita sama-sama akan merasakan azab yang pedih (as-Saffaat 31).
فَأَغْوَيْنَاكُمْ إِنَّا كُنَّا غَاوِين
Kami menyesatkan kalian, dan kami juga memang dulu sesat (as-Saffaat 32).
Kata Allah, perhatikan,
فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
Mereka pada hari itu sama-sama diazab (as-Saffaat 33). Musytarikun, sama-sama dalam azab. Namun, kita ingatkan tadi bahawasanya kesamaan mereka dalam azab tidak mengurangi penderitaan mereka, tidak menjadikan mereka bersabar. Berbeza dengan penderitaan di dunia, kalau sama-sama merasakan, akan membuat orang lebih kuat. Mereka sama-sama diazab, semakin menderita.
Toyib, dua lagi Insya Allah. Yang ke-6, Allah sebutkan pertengkaran mereka dalam surah Sadd dari ayat 55 sampai ayat 64. Allah berfirman, setelah Allah menyebutkan tentang orang-orang di syurga, kata Allah,
هَـٰذَا ۚ وَإِنَّ لِلطَّـٰغِينَ لَشَرَّ مَـَٔابٍۢ
Dan demikian daripada itu, setelah Allah menyebutkan tentang kenikmatan syurga, adapun bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka mendapatkan tempat kembali yang terburuk, masuk neraka jahanam (Sadd 55).
جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ
Neraka jahanam, mereka akan masuk ke dalamnya (Sadd 56).
“Fabi’sal Mihad.” Al-Mihad adalah tempat yang disediakan untuk bayi, maksudnya sudah disiapkan seperti tempat tidur, seakan-akan mereka dimasukkan dalam neraka untuk istirahat di situ. Ini ejekan, jahanam, masuk dalam neraka jahanam, seburuk-buruk tempat istirahat, tempat tidur, silakan, ejekan dari Allah SWT.
هَـٰذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌۭ وَغَسَّاقٌۭ
Inilah neraka jahanam, silakan kalian merasakan azab neraka jahanam, hamimuw wagossaq (Sadd 57).
Hamim adalah air yang sangat panas yang kalau diminum maka akan mencabik-cabik usus. Wagossaq adalah nanah, darah, kotoran penghuni neraka jahanam yang keluar, dikumpulkan, dijadikan minuman bagi mereka. Apakah cuma itu yang mereka rasakan? Cuma air yang sangat panas yang mencabik-cabik usus, atau nanah dan darah dan kotoran yang cairan yang keluar dari kemaluan penghuni neraka jahanam, itu aja yang mereka rasakan, yang mereka rasai?
Kata Allah,
وَءَاخَرُ مِن شَكْلِهِۦٓ أَزْوَٰجٌ
Tidak, Masih ada lagi azab-azab yang lain yang Allah siapkan (Sadd 58). Bukan cuma Hamim dan Gossaq. Ada azab-azab lain yang Allah siapkan untuk mereka rasakan. Waliyyazubillah.
Setelah itu Allah berkata,
هَـٰذَا فَوْجٌۭ مُّقْتَحِمٌۭ مَّعَكُمْ ۖ
Wahai penghuni neraka jahanam, ini ada serombongan yang akan masuk kepada kalian (Sadd 59).
Mereka masuk Muqtahimun, maksudnya masuk dengan cepat tanpa pikir panjang. Ini kata para ulama, ibarat dahulu adalah para pengikut-pengikut mereka dahulu ketika di dunia mengikuti mereka tanpa mikir panjang. Pokoknya mengikut, ke mana-mana mengikut. Nah, demikian juga ketika para pengikut dilemparkan dalam neraka jahanam, Allah menggunakan kata Muqtahimun, “Mereka masuk bersama kalian nih, masuk bersama kalian.”
Rupanya, yang pemimpin yang diikuti mereka tidak suka kalau digabungkan sama pengikut mereka. Mereka berkata,
لَا مَرْحَبًۢا بِهِمْ ۚ إِنَّهُمْ صَالُوا۟ ٱلنَّارِ
Tidak ada selamat datang bagi mereka. Mereka masuk neraka sama seperti kita (Sadd 59).
Masuklah pengikut mereka dalam neraka jahanam. Sementara yang diikuti tidak ada marhaban. Kenapa ke sini? Hanya buat sesak, hanya buat penuh. Kenapa ke sini? Akhirnya, yang pengikut bantah,
قَالُوا۟ بَلْ أَنتُمْ لَا مَرْحَبًۢا بِكُمْ ۖ
Justru kalian yang tidak ada selamat datang bagi kalian tidak ada kebahagiaan bagi kalian (Sadd 60).
أَنتُمْ قَدَّمْتُمُوهُ لَنَا ۖ فَبِئْسَ ٱلْقَرَارُ
Kalian yang telah mengantarkan kami kepada azab, kalian mendatangkan azab untuk kami dan ini adalah seburuk-buruk tempat menetap (Sadd 60).
Kemudian mereka berdoa, para pengikut, kata mereka,
قَالُوا۟ رَبَّنَا مَن قَدَّمَ لَنَا هَـٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًۭا ضِعْفًۭا فِى ٱلنَّارِ
Ya Rabb kami, siapa yang telah membawa azab kepada kami iaitu para pemimpin, fa zidhu azaban, tambahlah azab kepada dia, azab yang berlipat ganda di neraka jahanam (Sadd 61). Tapi tadi sudah kita jelaskan, sama-sama diazab oleh Allah SWT.
Lihat, jadi perdebatan di antara mereka, pertikaian di antara mereka. Setelah itu, mereka sama-sama berkata,
وَقَالُوا۟ مَا لَنَا لَا نَرَىٰ رِجَالًۭا كُنَّا نَعُدُّهُم مِّنَ ٱلْأَشْرَارِ
Mereka menyesal. Mereka dulu menganggap orang-orang beriman sebagai orang-orang yang buruk. Mereka hina orang-orang miskin, orang-orang terhina. Kata mereka, “Kata mereka mana orang-orang yang dulu di dunia kita memandang mereka sebagai orang terhina? (Sadd 62). Kenapa tidak ada di neraka?
أَتَّخَذْنَـٰهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Ketika kita di dunia kita ngejek mereka, bahkan mata kita tidak melihat mereka sama sekali (Sadd 63). Jadi mereka tidak pandang sama sekali.
Mana? Lihat, mereka menyesal. Dulu orang-orang tersebut kita hina, kita rendahkan. Ternyata mereka tidak bersama kita, mereka di syurga. Kita saja yang di sini, di neraka jahanam. Penyesalan mereka ungkapkan di antara mereka, penghinaan yang mereka berikan kepada orang-orang beriman, mereka ungkapkan, mereka sesali.
Allah menutup ayatnya dengan berkata,
إِنَّ ذَٰلِكَ لَحَقٌّۭ تَخَاصُمُ أَهْلِ ٱلنَّارِ
Sungguh ini adalah kejadian yang akan benar-benar terjadi. Pertikaian dan pertengkaran di antara penghuni neraka jahanam (Sadd 64)
Tayyib, yang terakhir Allah sebut dalam surah Ghafir berkaitan pertengkaran mereka. Dalam surah Ghafir, ayat 47, Allah SWT berfirman,
وَإِذْ يَتَحَآجُّونَ فِى ٱلنَّارِ فَيَقُولُ ٱلضُّعَفَـٰٓؤُا۟ لِلَّذِينَ ٱسْتَكْبَرُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًۭا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًۭا مِّنَ ٱلنَّارِ
Tatkala mereka berdebat di neraka jahanam, berkata orang-orang lemah kepada orang-orang yang sombong, “Kami dulu pengikut kalian, bolehkah kalian menanggung sebahagian azab kami agar kami sedikit ringan?” (Ghafir 47).
Azab kami sudah kita sebutkan sebahagian dalam surah Ibrahim. Ini adalah pertanyaan pengingkaran untuk mengejek mereka. Kalian kan pemimpin kami, kami dulu tidak ikut yang lain, kami cuma ikut kalian. Bolehkah kalian sekarang menanggung sedikit azab dari kami? Berkata para pemimpin, orang-orang sombong,
قَالَ ٱلَّذِينَ ٱسْتَكْبَرُوٓا۟ إِنَّا كُلٌّۭ فِيهَآ إِنَّ ٱللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ ٱلْعِبَادِ
Kita semua berada dalam neraka jahanam, sia-sia. Allah sudah memberi keputusan, kita sama-sama di neraka (Ghafir 48).
Akhirnya, mereka berusaha cari solusi yang lain.
وَقَالَ ٱلَّذِينَ فِى ٱلنَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًۭا مِّنَ ٱلْعَذَابِ
Berkata orang-orang yang di neraka kepada penjaga neraka jahanam, sekarang mereka bergabung antara pengikut dengan pemimpin. Mereka cari solusi karena sia-sia, berdebat tidak akan merubah keadaan. Mereka cari solusi lain, cuba kita bercakap dengan penjaga neraka. Mereka berkata kepada para penjaga neraka jahanam, “Berdoalah atau mintalah kepada Rabb kalian agar mengurangi azab kami meskipun cuma sehari.” (Ghafir 49).
Kata mereka, “Wahai malaikat, mintalah kepada Allah mengurangi azab kami satu hari saja. Ini para pemimpin tidak menanggung azab kami, kita sama-sama teradab, minta kepada Allah mengurangi meskipun satu hari.” Mereka ingin dikurangi. Apa kata para malaikat?
قَالُوٓا۟ أَوَلَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُم بِٱلْبَيِّنَـٰتِ ۖ
Bukankah telah datang utusan-utusan kepada kalian dengan dalil-dalil dan hujjah-hujjah? (Ghafir 50).
Kata mereka,
قَالُوا۟ بَلَىٰ ۚ قَالُوا۟ فَٱدْعُوا۟ ۗ
Qoluu Bala, iya benar, telah datang utusan kepada kami para rasul, para dai. (Ghafir 50). Kalau begitu, sudah datang, kalian tolak.
بَلَىٰ ۚ قَالُوا۟ فَٱدْعُوا۟ ۗ وَمَا دُعَـٰٓؤُا۟ ٱلْكَـٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَـٰلٍ
Silakan minta kepada Rabb kalian sendiri, dan tidaklah permohonan orang-orang kafir kecuali tidak dikabulkan oleh Allah SWT (Ghafir 50).
Inilah, ikhwan, setelah mereka minta untuk dikurangi azab, ternyata Allah tidak kasih pengurangan. Bahkan Allah tambah azab mereka dengan azab-azab yang lain.
Inilah beberapa pertengkaran penghuni neraka jahanam yang Allah sebut dalam Al-Qur’an, yang menunjukkan bahawasanya para penghuni neraka jahanam bukan disiksa secara fisik saja, tapi mereka juga disiksa secara mental, dengan dihina, saling bertengkar di antara mereka, saling menyalahkan di antara mereka, saling berargumentasi di antara mereka, yang semua itu tidak merubah keadaan mereka. Bahkan, sebahagian perdebatan justru menjadikan mereka semakin terpuruk di hadapan Allah SWT.
Semoga Allah menyelamatkan kita dari azab neraka jahanam. Demikian saja, ikhwan yang dirahmati Allah SWT, apa yang saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kami Memohon 1000 Kemaafan!!!
Buat masa ini, Penulisan ini hanya boleh diakses oleh Penyumbang Infaq (VIP user) sahaja kerana buat masa ini kami memerlukan sumbangan dari pengguna untuk pengurusan dan penyelenggaraan Organisasi Penuntut Ilmu.
Jadi buat masa ini, pengguna dari kalangan ‘Guest’ dan ‘Subscriber’ hanya boleh membaca penulisan pada ‘Soal Jawab’ sahaja.
In Sya Allah sekiranya telah cukup sumbangan bulanan yang diperlukan, kami akan memberi akses percuma kepada semua pengguna.
Tekan Button Di Bawah Untuk Menjadi Salah Seorang dari Penyumbang Kami
Semoga ianya menjadi saham pahala yang sentiasa mengalir sehingga akhirat. Amin!
Kami sedang mencari editor yang berkelayakan untuk memperbaiki transkrip serta mentakhrij dalil yang dinyatakan asatizah. Oleh itu, sumbangan dari pengguna sangat kami perlukan untuk tujuan ini. Setiap sumbangan sangat kami hargai. Semoga ianya menjadi saham yang mengalir sampai akhirat. Amin!
10 Pembaca Terbanyak